WHO Ajak Seluruh Negara Kolaborasi untuk Investigasi Asal Usul COVID-19
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada awal bulan Juli, WHO mengutarakan rencananya untuk melakukan investigasi lanjutan terkait asal-usul corona di Kota Wuhan, China . Salah satu dari rencana rangkaian penyelidikan itu adalah audit laboratorium dan pasar tradisional.
Tetapi, Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional China, Zeng Yixin, dengan tegas menolak proposal itu. Ia meminta WHO untuk menjauhkan isu ini dari intervensi politik.
Dalam rapat PBB yang berlangsung di Jenewa, Swiss, Juru Bicara WHO Tarik Jasarevic langsung menanggapi penolakan dari China.
“Ini bukan soal politik, ini bukan permainan saling menyalahkan,” kata Jasarevic pada Jumat (23/7), seperti dikutip dari Reuters.
“Isu ini, pada dasarnya, adalah mengenai persyaratan yang harus kita coba lakukan untuk memahami bagaimana patogen ini [SARS-CoV-2] hadir di tengah-tengah populasi manusia. Sehingga, seluruh negara memiliki tanggung jawab untuk bekerja bersama-sama dan bekerja sama dengan WHO,” jelas dia.
Pekan lalu, China diketahui langsung memberikan sinyal bahwa mereka menolak rencana WHO tersebut. Penolakan China secara tertutup itu disampaikan dalam perbincangan antara diplomat negara-negara anggota WHO.
ADVERTISEMENT
“Pihak China melihat rencana itu sebagai penolakan terhadap laporan gabungan,” ungkap seorang diplomat yang namanya tak disebutkan.
Sebelumnya, tim investigasi WHO telah melakukan investigasi selama empat pekan di Wuhan pada awal tahun 2021. Penyelidikan tersebut dilakukan bersama ilmuwan dari China.
Laporan gabungan yang dihasilkan dari investigasi tersebut dipublikasikan pada bulan Maret.
Disimpulkan bahwa dari empat skenario asal-usul virus, satu yang paling memungkinkan adalah penyebaran SARS-CoV-2 dari kelelawar ke manusia lewat perantara hewan lain.
Namun, investigasi awal itu menghadapi kesulitan akibat kurangnya data mentah mengenai hari-hari pertama penyebaran COVID-19 di Wuhan.
Negara-negara besar seperti Amerika Serikat akhirnya mendesak investigasi lanjutan, terutama di laboratorium Institut Virologi Wuhan, untuk memeriksa kembali soal hipotesis kebocoran lab.
ADVERTISEMENT