WHO Butuh Dana Setara Rp 164 Triliun untuk Menangani Varian Delta

4 Agustus 2021 14:53 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
who logo Foto: frizal
zoom-in-whitePerbesar
who logo Foto: frizal
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mencari dana sebesar USD 11.5 miliar atau setara Rp 164 trilun.
ADVERTISEMENT
Uang dalam jumlah sangat besar itu akan dipakai untuk melawan virus corona Varian Delta. Varian yang lahir di India itu diketahui sangat menular dan diprediksi akan menjadi salah satu paling dominan di dunia.
Dokumen mengenai kebutuhan dana miliaran USD itu dilihat oleh kantor berita Reuters pekan ini. Mereka menyebut, WHO telah meminta berbagai negara pendonor untuk membantu menyediakan dana.
Pasien terinfeksi virus corona varian Delta mendapat perawatan di Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash (LNJP), New Delhi, India. Foto: Danish Siddiqui/REUTERS
Sebagian besar dana nantinya akan dipergunakan untuk membeli alat tes, oksigen, dan masker yang akan diberikan ke negara-negara miskin.
Dalam dokumen yang rencananya dirilis ke publik dalam waktu dekat, seperempat dana lainnya bakal dibelikan ratusan juta dosis vaksin. Sedangkan sisanya untuk kebutuhan lainnya.
Reuters memastikan, dokumen tersebut isinya masih bisa berubah. Mereka juga menjelaskan dokumen itu disusun oleh untuk memenuhi program WHO yang bernama COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A).
Seorang pekerja medis mengumpulkan sampel usap dari seorang wanita untuk diuji penyakit COVID-19 di Kuala Lumpur, Malaysia, (11/5). Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
(ACT-A) dibentuk sejak awal pandemi COVID-19. Tujuan pembentukan agar negara-negara dunia mendapat vaksin, alat tes, dan obat corona dengan adil.
ADVERTISEMENT
Setelah satu tahun lebih (ACT-A) berjalan, menurut dokumen tersebut, program itu masih sangat kekurangan dana.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/PIERRE ALBOUY
Salah satu orang yang terlibat di (ACT-A) mengungkap kekurangan dana disebabkan beberapa negara dunia memiliki pandangan dan cara berbeda dalam menangani COVID-19.
Sampai saat ini WHO belum memberikan komentar soal dokumen (ACT-A) tersebut.