WHO Peringatkan Negara Maju Tak Timbun Vaksin Corona

30 Januari 2021 2:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
zoom-in-whitePerbesar
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
ADVERTISEMENT
WHO memperingatkan negara-negara maju untuk menghindari kesalahan masa lalu, yaitu menimbun obat dan vaksin corona pada masa penanganan pandemi. Dikutip dari AFP, WHO memperingatkan tindakan seperti itu hanya akan memperparah pandemi.
ADVERTISEMENT
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam pertempuran negara-negara maju dalam mengamankan berbagai jenis vaksin dalam jumlah besar untuk melawan virus corona. Sementara beberapa dosis belum mencapai negara miskin.
"Pandemi telah mengekspos dan mengeksploitasi ketidaksetaraan di dunia kita," kata dia, Jumat (29/1).
Ia juga memperingatkan bahwa saat ini "ada bahaya nyata bahwa alat yang dapat membantu mengakhiri pandemi, yaitu vaksin, dapat memperburuk ketidaksetaraan yang sama".
Seorang pekerja medis menerima vaksin corona COVISHIELD dari AstraZeneca di Naypyitaw, Myanmar, Rabu (27/1). Foto: Thar Byaw/REUTERS
"Nasionalisme vaksin mungkin melayani tujuan politik jangka pendek. Namun pada akhirnya, itu berpandangan pendek dan merugikan diri sendiri," lanjutnya.
WHO ikut memimpin fasilitas COVAX yang bekerja untuk mendapatkan vaksin dan memastikan dosis vaksin diberikan secara adil ke seluruh dunia. Fasilitas tersebut diharapkan memulai pengiriman dosis dalam beberapa minggu ke depan, dan Tedros mengatakan tujuannya untuk vaksinasi pekerja kesehatan dan orang yang lebih tua dilakukan di semua negara selama 100 hari pertama di 2021.
ADVERTISEMENT
WHO telah berulang kali mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi pandemi dan memulihkan ekonomi global adalah dengan memastikan kelompok prioritas di setiap negara divaksinasi.
Tedros mendesak dunia tak mengulangi kesalahan masa lalu, merujuk pada krisis HIV/AID, di mana negara maju memperoleh obat-obatan hampir satu dekade sebelum obat tersebut menjadi terjangkau di negara miskin.
Petugas kesehatan menunjukkan vaksin corona Sinovac di Rumah Sakit (RS) Umum Pusri Palembang, Sumatera Selatan. Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
Ia juga merujuk pada pandemi flu H1N1 pada 2009, di mana vaksin baru menjangkau negara miskin setelah pandemi berakhir.
"Saya pikir itu bukanlah sejarah yang baik. Itu adalah sejarah yang buruk," tuturnya.
Lebih lanjut, Tedros memperingatkan bahwa "jika kita menimbun vaksin, dan jika kita tidak membaginya, akan terjadi kegagalan moral yang parah".
Ia juga memperingatkan, "itu akan membuat pandemi terus membara dan akan memperlambat pemulihan ekonomi global".
ADVERTISEMENT
"Apakah itu yang kita inginkan? Itu adalah pilihan kita," tegasnya.
Infografik syarat penderita hipertensi dan diabetes bisa divaksin. Foto: kumparan