WN AS Terduga Pembunuh Presiden Haiti Ternyata Eks Informan DEA

13 Juli 2021 12:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Barang bukti pembunuhan Presiden Jovenel Moise. Foto: REUTERS/Estailove St-Val
zoom-in-whitePerbesar
Barang bukti pembunuhan Presiden Jovenel Moise. Foto: REUTERS/Estailove St-Val
ADVERTISEMENT
Salah satu dari dua warga negara AS yang menjadi terduga pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, disebut merupakan mantan informan Badan Narkotika Amerika Serikat (DEA).
ADVERTISEMENT
Dua orang keturunan Haiti-Amerika, yaitu James Solages (35) dan Joseph Vincent (55), ditangkap oleh Kepolisian Haiti atas tuduhan keterlibatan dalam penembakan Presiden Moise pada Rabu (7/7) pekan lalu.
Keduanya ditangkap bersamaan dengan 26 warga Kolombia lainnya, yang dianggap sebagai pembunuh bayaran yang dipekerjakan lewat perusahaan layanan keamanan CTU, Florida.
Seorang sumber yang tak disebutkan namanya, menolak menyebut nama WN AS yang merupakan eks informan DEA.
“Salah satu terduga pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise dulunya adalah sumber rahasia bagi DEA. Orang-orang ini tidak bertindak atas nama DEA,” ujar seorang pejabat DEA pada Senin (12/7), sebagaimana dikutip dari Reuters.
Sumber tersebut menambahkan, WN AS itu menghubungi DEA usai pembunuhan terjadi. Badan Narkotika tersebut juga mendesakt terduga untuk menyerahkan diri ke pihak berwajib.
ADVERTISEMENT
Pada waktu pembunuhan Moise, WN AS itu sudah bukan lagi seorang informan aktif bagi DEA.
Presiden Jovenel Moise duduk di Istana Kepresidenan. Foto: AFP
Sementara menurut kantor berita CNN, salah satu WN AS lainnya juga sempat memiliki hubungan kerja dengan badan penegak hukum AS lainnya, yaitu Biro Intelijen Federal (FBI).
FBI merespons laporan terkait hal tersebut dengan mengatakan, mereka tidak akan berkomentar apa pun soal informan FBI. Tetapi, FBI menekankan bahwa mereka menggunakan sumber-sumber legal dalam mengumpulkan informasi intelijen sebagai bagian dari investigasi mereka.
Sebelumnya, dikatakan bahwa Solages dan Vincent mengaku sebagai penerjemah bagi unit komando Kolombia yang memegang surat perintah penangkapan Presiden Moise. Tetapi, ketika keduanya tiba di kediaman sang Presiden, Moise sudah dalam keadaan tewas.
Solages menyebut dirinya sebagai “agen diplomasi bersertifikasi” dan mantan “Kepala Komando Pengawalan” untuk Kedutaan Besar Kanada di Haiti.
ADVERTISEMENT
Surat Kabar Miami Herald mengutip seorang pejabat pemerintahan yang mengatakan bahwa sekitar sepuluh tahun lalu, Solages sempat bekerja di Global Affairs Canada, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan keamanan bagi Kedubes Kanada di Haiti.
Dari catatan kependudukan Florida, AS, terungkap bahwa Solages memiliki lisensi senjata api dan lisensi petugas keamanan.
Sementara, informasi mengenai latar belakang Joseph Vincent tak banyak diketahui.
Anggota Tentara Nasional Republik Dominika menjaga perbatasan bersama antara Republik Dominika dan Haiti, setelah ditutup usai Presiden Haiti Jovenel Moise ditembak mati. Foto: Ricardo Rojas/Reuters
Pada Minggu (11/7), Kepolisian Haiti kembali menangkap satu lagi warga Haiti-Amerika, Christian Emmanuel Sanon. Sanon diduga merupakan otak dari pembunuhan keji terhadap Moise.
Saat ini lembaga-lembaga penegak hukum dan intelijen AS tengah menyelidiki soal mengapa ketiga WN AS tersebut terlibat dalam insiden berdarah itu.
Kementerian Kehakiman AS, pada Senin (12/7), telah merespons permintaan bantuan investigasi dari Haiti. Juru Bicara Kementerian, Anthony Coley, mengatakan AS bersedia memenuhi permintaan Haiti.
ADVERTISEMENT
“Penyelidikan awal telah dilaksanakan di Haiti oleh pejabat senior AS. Kementerian Kehakiman juga akan menginvestigasi apakah ada pelanggaran Hukum Pidana AS yang berkaitan dengan insiden ini,” ujar Coley.