Yenny Wahid: Dalam Demokrasi, Nelayan, Petani & Anak Presiden Sama Kedudukannya

9 Februari 2024 16:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yenny Wahid menghadiri kampanye Ganjar-Mahfud di Bogor. Foto: Youtube/PDI Perjuangan
zoom-in-whitePerbesar
Yenny Wahid menghadiri kampanye Ganjar-Mahfud di Bogor. Foto: Youtube/PDI Perjuangan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Yenny Wahid, berbicara kesetaraan seluruh masyarakat Indonesia, meski dia merupakan anak presiden. Awalnya, Yenny menjelaskan seluruh proyek strategis harus bisa menghadirkan kesejahteraan untuk seluruh masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Sekarang, 30% anggaran proyek-proyek strategis Indonesia larinya ke kantong koruptor. Kenapa ini bisa terjadi? Karena masih ada orang-orang yang ingin berkuasa hanya untuk memperkaya dirinya, keluarganya, dan kroninya. Ini harus kita cegah," kata Yenny dalam Hajatan Rakyat, Bogor, Jawa Barat, Jumat (9/2).
Padahal, lanjut Yenny, di negara demokrasi seluruh rakyat berhak mendapatkan hal yang adil. Dia juga mengatakan seluruh rakyat juga setara di mata hukum, meski anak Presiden.
Suasana kampanye Ganjar dan Mahfud MD bertajuk Harapan Jutaan Rakyat di Bogor. Foto: Youtube/PDI Perjuangan
"Negara ini adalah negara demokrasi, dalam demokrasi semua rakyat berhak mendapatkan kesempatan untuk sejahtera. Dalam demokrasi, petani, nelayan, tukang ojek, dan anak presiden seperti saya itu sama dan setara kedudukannya di mata hukum dan negara! Tidak ada yang boleh diistimewakan," kata anak Presiden ke-4 Gus Dur itu.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Yenny menyebut Indonesia membutuhkan pemimpin yang mencintai demokrasi.
"Kita ingin pemimpin yang mau berjuang untuk rakyat semua. Kita hormat pada pemimpin-pemimpin di negeri ini, tapi kita lebih cinta dengan demokrasi," kata Yenny.
Dia berharap pemimpin ke depan dekat dengan rakyat bukan dengan kalangan elite.
"Kita hormat pada pejabat-pejabat negara, tapi kita lebih cinta kepada rakyat jelata. Kita ingin, Presiden yang mau duduk lesehan bersama rakyatnya. Menginap di gubug-gubug reyot milik rakyatnya," tandas dia.