Yordania Kecam Israel yang Batasi Warga Palestina Beribadah di Masjid Al-Aqsa

12 Maret 2024 12:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dan Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra (tidak dalam gambar) memberikan penjelasan singkat kepada wartawan setelah mengadakan pembicaraan di Amman, pada 8 Mei 2023.
 Foto: Khalil Mazraawi/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dan Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra (tidak dalam gambar) memberikan penjelasan singkat kepada wartawan setelah mengadakan pembicaraan di Amman, pada 8 Mei 2023. Foto: Khalil Mazraawi/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyatakan pembatasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina yang hendak beribadah di Masjid Al-Aqsa selama bulan suci Ramadan mendorong situasi menuju "ledakan".
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Selasa (12/3), Safadi dalam sambutannya di media pemerintah mengatakan pihaknya menolak langkah Israel yang membatasi akses warga Palestina untuk beribadah selama Ramadan. Sebelumnya, Israel melakukan pembatasan dengan alasan keamanan karena perang masih berlangsung di Gaza.
"Kami memperingatkan bahwa penodaan kesucian Masjid Al-Aqsa sama dengan bermain api," kata Safadi dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Vatikan Uskup Paul Gallagher.
Yordania merupakan negara pengawas Masjid Al-Aqsa. Sehingga, ia berpandangan apa yang dilakukan Israel merupakan serangan terhadap kebebasan beribadah.
Masjid Al-Aqsa merupakan salah satu tempat suci dalam kepercayaan Islam.
Warga Palestina menghadiri salat Idul Fitri di kompleks masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (21/4/2023). Foto: Jamal Awad/REUTERS
Pembatasan terhadap warga Palestina yang hendak beribadah di Masjid Al-Aqsa awalnya diungkapkan Menteri Keamanan Israel berhaluan kanan, Ben Gvir. Ia menyatakan ingin pembatasan yang lebih ketat, dan PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan jumlah jemaah yang bisa beribadah akan sama dengan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Tidak mengizinkan jemaah menjalankan kewajiban dan ritual agama di bulan suci ini dan membatasi kebebasan masuk Masjid Al-Aqsa, semua itu mendorong situasi eksplosif yang telah kami peringatkan," ujarnya.
Tak hanya itu, Safadi mengatakan Israel menggunakan makanan sebagai senjata perang. Sebab, warga Palestina menjalani Ramadan di tengah kelaparan.
"Ramadan dimulai ketika Gaza dibom oleh Israel dan wanita tidak dapat menemukan makanan untuk anak-anak, dan 5 bulan telah berlalu ketika dunia gagal menjaga martabat manusia," tuturnya.