news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Yorrys: Airlangga Otoriter, Partai Golkar Nyaris Sebagai Milik Pribadi

5 September 2019 8:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks pengurus Golkar Yorrys Raweyai saat konferensi pers calon ketua umum partai Golkar periode 2019-2024 di Jakarta, Kamis (18/7). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Eks pengurus Golkar Yorrys Raweyai saat konferensi pers calon ketua umum partai Golkar periode 2019-2024 di Jakarta, Kamis (18/7). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Konflik di Partai Golkar semakin memanas setelah sejumlah pengurus DPP Partai Golkar mengeluarkan mosi tidak percaya kepada Ketua Umum Airlangga Hartarto. Politikus senior Partai Golkar, Yorrys Raweyai, menyebut mosi tidak percaya yang digulirkan sejumlah pengurus sudah diprediksi.
ADVERTISEMENT
"Memang, cepat atau lambat, perlawanan kepada Ketua Umum Golkar dan orang-orang kepercayaannya di DPP Golkar akan muncul sebagai respons atas gaya kepemimpinan Airlangga yang otoriter, diskriminatif, serta menjadikan Partai Golkar nyaris sebagai milik pribadi," kata Yorrys dalam keterangan tertulisnya, Kamis (5/9).
Menurut Yorrys, citra partai kembali tercoreng akibat konflik internal partai, khususnya dalam pembahasan munas untuk memilih ketua umum baru. Jika Airlangga tidak segera merespons aspirasi kader, Yorrys memprediksi konflik internal akan semakin besar.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kedua kanan) menerima lukisan saat Deklarasi Sahabat Muda Airlangga Hartarto (SMART) di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
"Golkar kini dilihat sebagai partai yang selalu mengalami krisis internal setiap kali menyikapi musyawarah nasional (munas) untuk memilih ketua umum baru. Kalau Airlangga dan DPP Golkar tidak segera merespons aspirasi kader, krisis internal itu akan tereskalasi. Bukan tidak mungkin sejumlah dewan pimpinan daerah (DPD) Golkar dalam waktu dekat juga akan menunjukkan perlawanan serupa," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang dikritisi Yorrys adalah tindakan Airlangga yang kerap memecat sejumlah pengurus DPD dan memancing perlawanan dari daerah. Akibatnya, daerah menjadi tidak solid karena terbelah menjadi beberapa kubu.
Yorrys juga menyebut Airlangga dan orang-orang kepercayaannya di DPP kerap memperlakukan partai sebagai milik pribadi. Mulai dari penentuan Alat Kelengkapan Daerah (AKD) yang diulur-ulur hingga adanya oknum yang meminta sejumlah uang kepada pimpinan daerah agar penetapan dari DPP untuk posisi strategis seperti ketua DPRD atau wakil ketua DPRD bisa cepat keluar.  
Sejumlah massa Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) memenuhi areal depan Kantor DPP Golkar. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
"Begitu juga dengan tindakan Airlangga menggembok dan memperketat pengamanan kantor DPP yang berarti membatasi akses bagi semua kader. DPP berperilaku diskriminatif karena membeda-bedakan kader yang boleh dan tidak boleh mendatangi kantor DPP," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Perilaku DPP seperti itu terlihat konyol karena mengibaratkan Partai Golkar milik pribadi ketua umum dan segelintir kader. Maka, mosi tidak percaya kepada ketua umum menjadi langkah paling relevan. Mosi tidak percaya itu harus dibaca sebagai faktor pendorong bagi perbaikan tata kelola partai," pungkasnya.