Yorrys: Sinyal Restu Jokowi ke Bamsoet, Politik Main Kayu Airlangga

17 Juli 2019 5:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yorrys Raweyai Politisi Partai Golkar Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Yorrys Raweyai Politisi Partai Golkar Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Pucuk pimpinan Partai Golkar kini ramai diperbincangkan usai muncul dua kader yang dinilai sebagai kandidat kuat, yakni Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo (Bamsoet). Terlebih menjelang musyawarah Golkar 2019.
ADVERTISEMENT
Kader senior Partai Golkar, Yorrys Raweyai, menilai pertemuan Bamsoet dengan Jokowi secara personal selama 1,5 jam di Istana Kepresidenan merupakan sebuah sinyal restu. Meski, Airlangga pun juga telah menemui Jokowi dengan membawa para ketua DPD I Golkar.
"Kunjungan Bambang Soesatyo secara personal selama kurang lebih satu setengah jam juga disinyalir sebagai bentuk restu. Sulit menafikan isyarat dukungan tersebut, apalagi kedua rangkaian pertemuan menitipkan catatan penting untuk menjaga solidaritas dan soliditas partai dan menghindari kegaduhan yang bersifat kontraproduktif," kata Yorrys dalam keterangan tertulisnya yang diterima pada Selasa (16/7) dengan judul 'Politik “Main Kayu” ala Airlangga'.
Namun, ia menilai baik Airlangga maupun Bamsoet belum memaknai sentuhan restu Jokowi. "Lalu ke mana restu Jokowi dilabuhkan? Berebut restu inilah yang tidak dimaknai sama oleh 2 (dua) kandidat kuat itu," ucapnya.
Politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo menjawab pertanyaan wartawan seusai menemui Presiden Joko Widodo. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Menurut Yorrys, saat ini Airlangga sebagai petahana malah terkesan memaknai perebutan kursi ketum Golkar dengan politik 'main kayu'. Sebab, di saat mengumpulkan dukungan dari ketua DPD I dan DPD II sebagai pemilik suara sah di pemilihan nantinya, Airlangga di sisi lain menyingkirkan beberapa pemilik suara sah.
ADVERTISEMENT
"Dengan segala perangkat struktural kepartaian yang dimilikinya, Airlangga Hartarto justru terkesan memaknai kontestasi ini dengan cara 'main kayu'. Di saat ia (Airlangga) mengakumulasi sejumlah dukungan dari para pemilik suara sah (ketua-ketua DPD I dan II), pada saat yang sama, ia memberangus sejumlah pemilik suara sah yang hingga saat ini masih merahasiakan dukungan, ataupun mereka yang terang-terangan mendukung lawan kontestannya," ucapnya.
Yorrys menjelaskan ada puluhan ketua DPD tingkat I ataupun II dipecat dengan alasan dan argumentasi yang tidak logis dan mengada-ada. Ada juga, kata dia, sejumlah elite yang berdiri di sekitar Airlangga melontarkan tuduhan kepada Bamsoet.
"Mulai dari isu remeh, ijazah palsu. Untung saja Menristek Dikti cepat tanggap dengan mengklarifikasi ijazah S2 Bamsoet sah dan legal. Sungguh praktik politik yang tidak santun, hingga penggiringan secara paksa dukungan terhadap dirinya," ujar Yorrys.
Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dia mengatakan kepemimpinan Airlangga di Golkar selama kurang lebih 1,5 tahun minim prestasi. Oleh karena itu, ia menduga tak ada jalan lain untuk memenangi kontestasi ketum Golkar selain mempraktikan politik bumi hangus.
ADVERTISEMENT
"Airlangga telah mencontohkan cara-cara berpolitik kotor, menghalalkan segala cara untuk meraih tampuk kekuasaan. Slogan Golkar Bersih, demokratis, transparan dan terbuka sama sekali jauh dari kenyataan," kata Yorrys.
Selain itu, keinginan Airlangga kembali menduduki jabatan ketum Golkar pun telah menyalahi tradisi. Yorrys berpendapat jabatan dua periode justru hanya mematikan regenerasi dan kaderisasi di tingkat internal partai.
"Mereka yang menjabat di masa berikutnya hanya akan membawa gerbong kepengurusan yang dihuni oleh orang yang itu-itu saja. Sementara tantangan politik kontestasi di masa depan begitu kompleks hanya dihadapi oleh orang yang sama yang justru saat ini gagal meraup target, apalagi disebut sukses," ujarnya.