Yurianto: Tes Corona Bukan Banyak-banyakan Seperti Berebut Medali Olimpiade

20 Juni 2020 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis mengambil sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab di Stasiun Bekasi, Jawa Barat. Foto:  ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis mengambil sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab di Stasiun Bekasi, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
ADVERTISEMENT
Pemerintah terus menggencarkan pemeriksaan virus corona secara masif di daerah-daerah untuk memetakan penyebaran virus corona. Meski begitu, kuantitas pengetesan corona bukanlah tolak ukur yang diprioritaskan pemerintah saat ini.
ADVERTISEMENT
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, mengatakan saat ini yang terpenting adalah melakukan tracing (pelacakan) dari pasien yang sudah positif COVID-19. Sehingga, bukan soal jumlah test, namun bagaimana menemukan orang-orang yang berisiko menularkan atau tertular corona.
"Bahwa tes ini tidak berbicara banyak-banyakan. Kecuali kalau ini medali di dalam olimpiade," ujar Yuri dalam diskusi di YouTube BNPB, Sabtu (20/6).
Achmad Yurianto. Foto: Dok. BNPB
"Kalau penyakit menular itu kita harus berpikirnya based on community, masyarakat itu harus jadi subjek dan dia sekaligus jadi objek dari penanggulangan ini. Tidak bisa hanya pemerintah," lanjutnya.
Yuri lalu mencontohkan DKI Jakarta yang sudah hampir 18.000 tes per satu juta penduduk. Dengan jumlah ini, ia mengakui pengetesan di Jakarta tak tertinggal jauh dengan beberapa negara lainnya.
ADVERTISEMENT
"Kita 17.000 sekian, dibandingkan dengan Thailand kalau mau hitung-itungan yang 6.000 sekian, dengan Jepang yang 2.000 sekian, Korea saja sekitar 22.000. Artinya tidak terlalu jauh dengan kita. Yang lain-lainnya juga demikian. Kalau kita mau melihat angka ini sebenarnya juga tidak terlalu ketinggalan," ungkap Yuri.
Warga mengikuti test swab COVID-19 di Jakarta, Rabu (20/5/2020). Foto: Antara/MUHAMMAD ADIMAJA
Tak hanya soal jumlah testing secara nasional, kata Yuri, jumlah tes untuk tiap daerah di Indonesia juga akan berbeda-beda. Begitu juga tracing yang akan terus dimasifkan bagi daerah yang angka penularannya masih tinggi.
"Jadi dalam provinsi yang penambahan kasusnya masih cukup tinggi maka tracingnya harus lebih keras dan kemudian di ujungnya adalah testingnya harus lebih masif. Jangan semua data di semua provinsi ini disamaratakan, ndak sama karena problemnya beda," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Sehingga, bila pemetaan daerah-daerah yang masih rawan sudah didapatkan, informasi dan penyuluhan langsung dapat diberikan kepada masyarakat. Setidaknya, bisa menghindari kontak dengan orang-orang yang berisiko tertinggi tertular.
"Ya jadi kalau kita perhatikan tes ini adalah dalam rangka untuk menemukan sumber infeksi di tengah masyarakat. Karena follow up-nya adalah melakukan isolasi supaya tidak menjadi sumber disitu. Sehingga tes ini ini maknanya adalah bagaimana masyarakat harus merespon dengan adanya kasus positif di sekitar dia," tutup Yuri.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.