news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ada Insentif dan Disinsentif, Penjualan Mobil Elektrifikasi Bisa Tembus 500 Ribu

23 Mei 2022 11:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toyota Prius PHEV. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Prius PHEV. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah mendorong penggunaan kendaraan elektrifikasi sebagai bagian untuk mencapai netral karbon pada 2060. Insentif dan disinsentif menjadi kunci untuk mendorong populasi mobil elektrifikasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Demikian dikatakan perwakilan dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Khoirunurrofik. Berdasarkan hitung-hitungannya, pasar roda empat hanya akan menyentuh angka 1.341.379 unit, pada 2035.
“Kenaikannya cukup kecil dibanding 2018-2019 yang tembus 1 hingga 1,2 juta unit. kami tak memungkiri bahwa saat ini dan ke depan akan ada dorongan mengurangi populasi kendaraan pribadi dan mendorong penggunaan transportasi publik,," ujar Rofik dalam acara Seminar Triple Helix Collaboration University-Government-Industry yang digagas Toyota Motor Manufacturing Indonesia belum lama ini.
Fasilitas Toyota xEV Center di Karawang. Foto: Akbar Maulana/kumparan

Skenario pertumbuhan kendaraan listrik

Dalam mencapai netral karbon, setidaknya pemerintah perlu mendorong diversifikasi teknologi kendaraan, termasuk hybrid, plug-in hybrid, dan listrik murni. Menurut Rofik, apabila insentif tidak diberikan secara menyeluruh dan hanya fokus di jenis listrik murni, penjualan kendaraan listrik hanya mencapai 145.523 atau mengambil porsi 10,85 persen pada 2030.
ADVERTISEMENT
Rinciannya, 6,79 persen atau 91.033 unit mobil hybrid, 2,59 persen atau 36.053 unit plug-in hybrid, dan 1,37 persen atau 18.438 unit dari mobil listrik murni atau BEV. Sedangkan, mobil bermesin Diesel dan mesin diprediksi masih mendominasi penjualan dengan kontribusi 1.195.556 atau 89,15 persen.
Menjajal Toyota Corolla Cross Hybrid selama Mudik Lebaran 2022. Foto: Muhammad Ikbal/kumparan

Skenario kedua

Sementara ketika pemerintah memberikan insentif PPnBM, PKB, dan BBNKB untuk seluruh jenis kendaraan elektrifikasi; hybrid, plug-in hybrid, dan listrik murni, kontribusinya tumbuh menjadi 34,33 persen menjadi 460.437 unit.
Dengan kondisi ini, mobil berjenis hybrid atau HEV menjadi yang paling diminati dengan porsi penjualan secara keseluruhan mencapai 254.842 unit atau 19 persen.
Sedangkan penjualan mobil plug-in hybrid dan BEV masing-masing sebesar 8,79 persen atau 117.913 unit (8.79 persen) dan 87.682 unit (6,54 persen).
ADVERTISEMENT
Dengan skema ini, Rofik menuturkan bahwa penjualan mobil dengan mesin konvensional masih mendominasi. Meskipun kontribusinya hanya 65,67 persen atau 880.942 unit.
Toyota Corolla Altis Hybrid Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan

Skenario ketiga

Selain memberikan insentif pada kendaraan listrik, pemberlakuan disinsentif untuk pembelian mobil bermesin konvensional (bensin dan Diesel) ternyata bisa meningkatkan porsi penjualan mobil hybrid, plug-in hybrid, dan listrik murni.
Dalam proteksi LPEM FEB UI, kontribusi penjualan mobil hybrid, plug-in hybrid, dan listrik murni bisa mencapai 500.283 unit atau mengambil porsi 37,3 persen.
Rinciannya, 264.962 unit (19,8 persen) mobil hybrid, 130.328 unit (9,7 persen) plug-in hybrid, dan 104.993 unit (7,8 persen) listrik murni. Sementara penjualan mobil bensin dan Diesel turun menjadi 841.096 unit (62,7 persen).
"Jadi memang proyeksi proporsi penjualan mobil ke depan akan sangat bergantung pada peran pemerintah dalam memberikan insentif terkait mobil listrik (elektrifikasi). Semakin besar insentif yang diberikan, semakin rendah harga yang ditawarkan, maka proporsi penjualan mobil listrik pun semakin besar," beber Rofik.
ADVERTISEMENT
***