Belajar dari Kecelakaan Maut Tol Cipali, Ingat Lagi Pentingnya 2 Hal Ini

3 Desember 2020 10:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kecelakaan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kecelakaan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kecelakaan maut kembali terjadi di ruas tol Cipali pada Senin (30/11/2020). Setidaknya sepuluh orang meninggal dunia, dan beberapa orang lainnya mengalami luka ringan hingga luka berat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil gelar perkara yang dilakukan oleh Polda Jabar, kecelakaan tersebut diduga akibat truk tronton Hino bernomor polisi B 9010 UEJ yang mengalami berhenti mendadak akibat mati mesin.
Kondisi itu pun menyebabkan truk tronton Hino lainnya yang bernomor polisi R 1857 GC dan pada saat kejadian berada di belakangnya, menabrak truk tronton di depan. Disusul oleh benturan dari Mitsubishi Elf bernomor polisi G 1261 D yang berada paling belakang.
Belajar dari kasus tersebut, Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Susmana, pun mengingatkan akan pentingnya menjaga konsentrasi serta jaga jarak aman saat berkendara di jalan tol Cipali.
"Mengemudi di jalan tol Cipali memang cenderung lurus dan membuat bosan, sehingga konsentrasi mudah terabaikan. Padahal konsentrasi yang hilang walaupun hanya 1 detik itu bisa berbahaya sekali, karena dapat membuat reaksi pengemudi menjadi terlambat," jelas Sony kepada kumparan, selasa (1/12).
Foto udara jalan tol Cipali kilometer 116 Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, Minggu (2/6). Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Akibat konsentrasi yang menurun itu, lanjut Sony, bisa memicu pengemudi jadi kaget saat kendaraan di depannya melakukan pengereman atau manuver secara mendadak. Apalagi bila jarak dengan kendaraan di depannya terlalu dekat, maka tabrakan beruntun pun sulit terhindarkan.
ADVERTISEMENT
"Jelas ketika jaraknya terlalu dekat, pengemudi yang ada di belakangnya jadi enggak punya ruang dan waktu yang cukup untuk menghindar. Maka siap-siap menabrak, dan menabrak truk itu pasti tingkat fatalitasnya sangat tinggi," terang Sony.
Ilustrasi kecelakaan mobil. Foto: Pixabay

Perhatikan durasi berkendara dan waktu memulai perjalanan

Karena itu, agar kejadian serupa tak terulang kembali, Sony pun menyarankan terhadap setiap pengemudi untuk selalu menjaga konsentrasi dan jaga jarak aman dengan kendaraan di depannya.
"Sebaiknya durasi mengemudi itu maksimal 3 hingga 4 jam dengan diselingi istirahat selama 30 menit. Ini penting untuk membuat fisik tetap terjaga sehingga konsentrasi bisa maksimal. Sebaliknya bila terus memaksakan, maka bisa membuat fisik drop dan akibatnya konsentrasi berkurang bahkan hilang," beber Sony.
Ilustrasi mengantuk saat mengemudi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Selain harus memperhatikan durasi mengemudi, jam berkendara yang kurang ideal, juga bisa jadi penyebab turunnya konsentrasi seorang pengemudi. Idealnya, lanjut Sony, waktu memulai perjalanan dilakukan sesuai dengan siklus tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
"Waktu terbaik memulai perjalanan itu habis subuh sampai dengan jam 9 pagi. Karena mendekati jam 12 siang konsentrasi cenderung menurun, biasanya akan sangat drop saat jam 3 dan jam 4 sore," ucap Sony.

Jarak ideal saat berkendara di belakang truk

Sementara untuk jarak ideal saat berada di belakang truk, kata Sony, yakni 4 hingga 6 detik. Jarak itu bisa lebih besar, bergantung pada faktor cuaca, situasi jalan, dan kondisi truk itu sendiri.
"Saat berkendara di belakang truk, perhatikan saja pergerakan dan kondisi truk. Karena banyak truk yang tidak layak jalan, seperti lampu yang enggak berfungsi," papar Sony.
Kendaraan melintas di Tol Cipali, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (22/4). Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggaraa
Selain berbagai faktor tersebut, yakni konsentrasi dan jaga jarak, Sony juga mengingatkan kepada para pengemudi agar selalu mengecek kondisi kendaraannya. Ya, kondisi kendaraan yang tak prima, khususnya pada sektor pengereman, juga bisa meningkatkan potensi tabrakan beruntun.
ADVERTISEMENT
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)