Berkaca dari Pengemudi Meninggal karena Sakit Jantung di Kemacetan Pancoran

5 September 2021 5:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi serangan jantung saat mengemudi Foto: dok. Discovery
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi serangan jantung saat mengemudi Foto: dok. Discovery
ADVERTISEMENT
Pengemudi mobil tidak hanya sekadar memerlukan keterampilan, tapi juga kondisi fisik prima. Ini demi menghindari kejadian yang tidak diinginkan pada saat mengemudi.
ADVERTISEMENT
Seperti baru ini ada pengemudi yang meninggal di tengah kemacetan Pancoran, Jakarta Selatan pada Jumat (3/9). Ini menimbulkan pertanyaan apakah pengemudi dengan penyakit bawaan masih boleh mengemudi atau tidak?
dr. Rusdy M.Kes mengatakan, memahami kondisi fisik diri pribadi sangat penting bagi pengemudi. Dan ini bisa jadi indikator awal, apakah pengemudi masih layak atau tidak mengendarai mobil.
"Jangan sampai dia sudah tahu kondisinya tidak memungkinkan tapi tetap nekat nyetir. Ini bisa fatal, apalagi buat yang punya penyakit bawaan,” ujarnya kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Pada dasarnya, kata Rusdy, seseorang yang memiliki penyakit bawaan masih boleh mengemudi. Namun, ada beberapa batasan yang wajib diperhatikan.
Sebenarnya tidak dilarang 100 persen, tapi kembali lagi soal kondisi fisik orang itu dan situasinya seperti apa. Karena contoh misal seseorang yang punya riwayat penyakit jantung, itu masih boleh menyetir selama kondisi fisiknya memang fit.
Posisi mengemudi Toyota Corolla Cross. Foto: dok. Muhammad Ikbal/kumparan
"Tapi kalau sakit jantungnya memang sudah benar-benar parah sekali, lalu fisiknya juga sangat lemah, ini jelas dilarang,” beber Dokter Rusdy.
ADVERTISEMENT

Ada pengecualian

Walaupun masih diperbolehkan untuk mengemudi, sang pengemudi yang punya penyakit bawaan seperti jantung, asma, epilepsi atau sejenisnya, sangat disarankan untuk tidak mengemudi dengan jarak yang jauh dan durasi yang lama.
“Khawatirnya kalau dia mengemudi misal Jakarta - Surabaya yang memakan waktu berjam-jam, kondisi fisik tubuhnya akan lebih cepat lelah. Hal itu lah yang bisa saja jadi pemicu ke penyakit bawaannya. Tapi kalau mengemudinya cuma dari rumah ke kantor atau ke mall sih tidak masalah,” ucap Dokter Rusdy.
Ilustrasi serangan jantung saat mengemudi Foto: Shutter Stock
Tidak hanya itu, pengemudi juga harus paham gejala apa saja yang timbul bila penyakit akan kambuh atau merasa kondisi fisik drop. Ini penting sebagai langkah pencegahan sebelum kondisi memburuk dan memicu kecelakaan lalu lintas.
ADVERTISEMENT
“Makanya dia juga harus paham kondisi tubuhnya itu ketika mengemudi seperti apa sih. Misal buat yang punya penyakit jantung, kalau dia sudah merasa dadanya sakit, terus sesak, sebaiknya segera parkir kendaraan di tempat aman lalu cari taksi atau pertolongan untuk segera ke rumah sakit. Jangan memaksa terus mengemudi,” tutur Dokter Rusdy.
Dengan memahami beberapa hal di atas, diharapkan para pengemudi yang punya penyakit bawaan menjadi lebih paham dan peduli terhadap kondisi tubuhnya sebelum mengemudi. Karena, yang merasakan kondisi tubuh seseorang, hanyalah orang itu sendiri.