BMW: Krisis Semikonduktor Masih Terjadi hingga 2022
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Adapun, ini berkat bantuan dari digitalisasi pada bagian marketing dan penjualan. Semenjak pandemi, BMW mulai menerapkan pembelian secara digital atau online sehingga memudahkan konsumen membeli produk BMW dari rumah. Hal ini akan tetap diterapkan oleh perusahaan asal Jerman itu.
Member of Board of Management of BMW AG Customer, Brand, Sales, Pieter Nota mengatakan, BMW keluar lebih kuat di tengah pandemi ini dibandingkan ketika memasuki pandemi. Ini juga berkat strategi marketing yang sangat bagus dari BMW.
“Jadi, digitalisasi dari proses penjualan menjadi kunci peningkatan penjualan kami serta marketing kami yang mampu menarik banyak konsumen. Bahkan, pada semester pertama tahun ini kita menduduki posisi pertama di segmen premium global,” ujar Pieter.
BMW Sambut Tahun 2022 Dengan Percaya Diri
“Strategi kami memasuki tahun 2022 dengan ragam model menarik yang sudah kami tawarkan. Kami melihat permintaan yang baik dari beragam pasar, mulai dari Asia kemudian Eropa hingga Amerika Serikat, jadi kami sangat percaya diri untuk melanjutkan ini ke tahun 2022,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Krisis Chip Semikonduktor Tidak Menjadi Masalah
Kelangkaan chip semikonduktor masih menjadi masalah untuk berbagai sektor industri, termasuk sektor industri otomotif . Kelangkaan ini sudah terjadi sejak awal pandemi dan bahkan diprediksi akan berlanjut hingga tahun depan.
Terkait masalah ini, BMW menegaskan bahwa krisis chip semikonduktor bukan menjadi masalah terbesar bagi mereka. Meskipun begitu, perusahaan yang berpusat di Munich itu tetap berhati-hati karena krisis chip ini mampu mengganggu alur produksi mobil Jerman itu.
“Krisis chip semikonduktor mungkin akan mempengaruhi sampai batas waktu tertentu, mungkin 9 hingga 12 bulan pertama, tetapi ini adalah isu sementara yang akan kami lewati pada paruh pertama 2022,” tutur Pieter.