Ekspansi Mobil Korsel dan China, Siap Gempur Jepang di Indonesia

30 Juli 2019 8:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BYD e6 jadi armada taksi listrik Blue Bird. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
zoom-in-whitePerbesar
BYD e6 jadi armada taksi listrik Blue Bird. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
ADVERTISEMENT
Indonesia jadi pasar potensial industri otomotif roda empat, apalagi didorong dengan regulasi baru yang lebih bersahabat buat sedot investor.
ADVERTISEMENT
Iya setelah puluhan tahun pasar didominasi oleh pemain Jepang saja, Indonesia akhirnya bakal dihuni merek-merek dari berbagai belahan dunia. Tak hanya menjadi pedagang saja, mereka guyur dana untuk membangun fasilitas produksi di dalam negeri.
Mulai dari Wuling dan DFSK, selanjutnya akan datang BYD --salah satu pabrikan otomotif terbesar di China, yang fokus pada pengembangan kendaraan listrik.
Bus listrik BYD untuk Transjakarta Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Ini seperti disampaikan oleh Johannes Nangoi Johannes Nangoi Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), beberapa waktu lalu. Namun memang seperti apa bentuk investasinya masih belum diutarakan.
“Masih dalam proses. Mobil dari China sangat berpotensi karena mereka sangat mengejar opportunity di Indonesia. Lebih lagi kita negara yang dekat dengan Australia , di mana marketnya 1,2 juta tanpa ada pabrik mobil di sana, jadi ekspor dari Indonesia sangat menguntungkan, tinggal kita lihat nanti,” kata Nangoi di sela-sela penutupan GIIAS 2019 akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Saat ditanyakan apakah BYD hanya akan fokus pada komponen baterai atau mobil listrik, Nangoi melontarkan opsi nomor dua. “Seharusnya mobil, karena mobilnya diperlukan, tapi BYD mau seperti apa saya belum tahu. Namun intinya, mereka mengincar Indonesia sebagai negara basis untuk produksi,” ucapnya.
Hyundai di GIIS 2019. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
Pabrikan selanjutnya Hyundai, yang realisasinya sudah hampir 100 persen. Nangoi menyebutkan, Presiden Joko Widodo rencananya akan mengunjungi Korea Selatan pada akhir 2019 --Oktober atau November-- untuk finalisasi kesepakatan.
“Sudah jelas itu investasi Hyundai dalam jumlah besar dan mereka akan membangun pabriknya di sini. Harusnya juga Kia ya --tambahan investasi--, tapi pihak Indomobil belum ada pernyataannya, kamu kejar saja orang Indomobil,” kata Nangoi.
Menyoal Hyundai, sebenarnya bukan merek baru di dalam negeri. Sebelumnya mereka sempat terlibat dalam proyek mobil nasional Timor, yang dibekingi geng Cendana akhir-akhir 90-an.
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) menerima Executive Vice Chairman Hyundai Euisun Chung (kiri) bersama pimpinan Hyundai Motors Group di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (25/7). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Saat ini, Hyundai punya fasilitas produksi di Bekasi, dengan kapasitas terpasang sampai 26.000-an unit per tahunnya, dan saat ini digunakan buat merakit MPV bongsor andalannya H-1. Sebelumnya pabrik ini sebelumnya sudah pernah membuat model-model seperti Atoz, Trajet, Elantra, Avega, dan i20.
ADVERTISEMENT
Nah, untuk pabrik Hyundai yang baru nanti, rencananya akan mulai beroperasi pada 2021. Lokasinya kira-kira di kawasan industri Jawa Barat, seperti daerah Bekasi, Karawang, Purwakarta (Bekapur) dan Subang.
Kapasitas produksinya 250 ribu unit per tahun, dan mereka diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3.500 orang.
Kita nantikan kiprah kedua pabrikan otomotif itu di dalam negeri.