Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Modifikasi dengan aliran chopper umumnya dilakukan untuk motor berkapasitas mesin besar. Namun bukan berarti aliran ini tak bisa dilakukan pada jenis motor mesin kecil. Salah satunya adalah karya builder Dana Prasetyo dari Gdzh Custom Cycles, Jombang, Jawa Timur.
Bicara sedikit sejarah choppy cub, aliran motor kustom ini berasal dari negara Matahari Terbit, Jepang. Kustom ini sebenarnya bukan mainan baru baik di negara asalnya maupun di Indonesia. Di Tanah Air, tren choppy cub sudah mulai ada sejak 2008 silam, hanya saja pada saat itu baru segelintir builder yang tertarik.
Belakangan, seiring dengan mewabahnya modifikasi custom street seperti cafe racer, street chopper, tracker, dan japstyle, para builder dan penggemar custom culture mulai melirik kustom motor choppy cub tersebut.
Gondes –panggilan karibnya-- menuturkan, ide awal mengubah Honda C700 atau Astrea 700 berangkat dari rasa bosan. Maksudnya, bosan dengan motor bergaya Choppy Cub yang itu-itu saja.
“Konsep awalnya adalah dragster tapi ingin tetap dapat tampilan klasiknya. Jadi sebenarnya ini perpaduan antara racing dan klasik. Kenapa pilih dragster? Karena masih jarang diterapkan di Choppy Cub, kita coba bikin yang lain saja,” ungkap Gondes saat ditemui kumparan di Surabaya, Sabtu malam (19/10).
Agar tampilan dragster-nya kental, Gondes coba mempertahankan sasis bawaan namun ada kustomisasi pada bagian belakang. Lebih lanjut, ia merevisi sudut rake dengan menambahkan hampir 10 derajat. Alhasil tampilannya terlihat gahar bak motor balap era 80-an.
Selanjutnya ia coba mengaplikasikan jenis setang menunduk, di sini Gondes menggunakan setang kepunyaan Suzuki Sprinter yang ia ubah posisi aslinya.
“Biar makin dragster, kita coba main di posisi setang yang dibuat menunduk. Untuk Ban juga kita pakai yang jenis slick, kan ban itu memang sering dipakai di ajang drag,” katanya.
Selepas kustomisasi sasis selesai, selanjutnya mempercantik tampilannya supaya menarik perhatian. Untuk itu ia coba mengaplikasikan perpaduan warna antara emas yang mendominasi dengan sedikit kelir merah.
Untuk proses body painting, Gondes coba berkreasi sendiri. Ia menggunakan material cat Sikkens & Blinken sehingga memunculkan efek tiga dimensi pada bagian headlamp, body tengah dan cover side body. Sementara untuk bahan bodi kustom-nya menggunakan pelat galvanis berdimensi 1,2 mm dan 1,4 mm.
“Klasiknya kita coba kuatin di tampilan warna body. Sebenarnya untuk tahapan pengecatan itu sudah selesai dua tahun yang lalu. Jadi ceritanya sudah selesai cat dibiarin enggak kita rakit dulu, ya karena waktu dan banyaknya orderan,” jelasnya.
Berhubung dengan gelaran Suryanation Motorland (SML) Battle Seri 5 Surabaya pada 19 Oktober kemarin, ia pun coba merampungkan ide gilanya tersebut. Dikerjakan dengan waktu empat bulan, jerih payahnya membuahkan hasil, ia menyabet juara tiga di kelas Street Cub/Choppy Cub di bawah 250 cc.
Adapun, menurutnya motor hasil garapannya masih layak dan dapat ditunggangi. Hanya saja, untuk sisi fungsional ia tak menomorsatukan. Nah menyoal biaya unit Honda C700 ditebusnya Rp 2 juta dengan perkiraan total kustomisasi mencapai Rp 20 jutaan.
“Dipakai harian bisa, cuma kalau fungsional mungkin agak nomor tiga ya. Karena memang lebih ke fashion dan kita ngejar look (tampilan) dragster-nya tadi,” ucapnya sambil tertawa.
Terakhir guna melabeli hasil karyanya, Gondes memberikan nama ‘The Garpit’, yang terinspirasi spontan di gelaran SML Surabaya kemarin. Nama tersebut menyelaraskan dengan motif dan warna pada motor tersebut.
“Baru tadi siang dikasih nama. ‘The Garpit’ warnanya terinspirasi sama kemasan rokok,” ucapnya sembari tersenyum.
Detail part kustom dan gallery foto: