Imbas Corona, 95 Persen Konsumen Kendaraan Niaga Hino Terancam Pengetatan Kredit

23 Mei 2020 10:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produksi sasis rangka truk Hino. Foto: Hino
zoom-in-whitePerbesar
Produksi sasis rangka truk Hino. Foto: Hino
ADVERTISEMENT
Produsen kendaraan niaga, PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI), mengalami penurunan penjualan ritel hingga 77 persen selama April 2020. Hal ini disebabkan 95 persen konsumen mereka terhalang pengetatan pembelian kredit.
ADVERTISEMENT
Chief Operating Officer (COO) PT HMSI, Santiko Wardoyo, mengatakan wabah virus corona membuat kondisi perekonomian lesu sehingga perusahaan pembiayaan lebih selektif untuk mencegah kredit macet, sektor kendaraan niaga pun terdampak.
"Konsumen kendaraan niaga itu 95 persen menggunakan kredit, ada yang lewat leasing, ada yang leasing bank. Hanya 5 persen yang cash, itu pun hanya perusahaan besar. Dengan adanya pengetatan leasing ini sangat-sangat berat buat kami dampaknya," kata Santiko dalam diskusi virtual Ngovid Forwot, belum lama ini.
Santiko juga menjelaskan perusahaan pembiayaan juga menaikkan besaran uang muka, sementara kondisi bisnis pengguna kendaraan niaga sedang mengalami krisis. Hal ini bahkan membuat pembelian bus pariwisata nyaris tidak ada permintaan.
Pabrik Truk Hino di Indonesia Foto: PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI)
"Apalagi berbicara down payment yang biasanya 25 persen, menjadi 30-50 persen. Ini yang membuat kondisi lebih buruk lagi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia selama 2019, pangsa pasar kendaraan niaga nasional berkontribusi 15-20 persen atau 150-200 ribu unit dari angka penjualan sekitar 1 juta unit. Namun tahun ini, Santiko memprediksi marketnya akan terkoreksi lebih dari 40 persen.
"Kami tetap wait and see karena belum tahu wabah ini selesainya kapan. Tapi kita tetap optimis bisa segera rebound. Maka sekrang fokusnya bagaimana bisa mempersiapkan kondisi produk supaya siap dengan kondisi yang sekarang," paparnya.
Santiko menyebut, ada relaksasi kredit tidak banyak membantu konsumen kendaraan berat, sebab semakin banyak pengajuan relaksasi, membuat leasing lebih selektif terhadap pembeli baru. Sementara mayoritas konsumen truk dan bus sangat bergantung pada kredit.
"Jadi, ini bukan bicara masalah emosional buying tapi betul-betul rasional buying sehingga ekonomi berperan penting. Kalau passenger car beli tunai masih oke, tapi kalau orang punya usaha terus beli truk akan memilih kredit karena uangnya masih bisa diputar lagi," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.