Industri Otomotif Jadi Biang Kemacetan, Gaikindo: Itu Salah Persepsi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Kami perlu mengomunikasikan hal itu. Masih banyak masyarakat yang salah persepsi terhadap pabrik mobil di Indonesia," ucapnya kepada kumparan, Senin (30/11) malam.
Bahkan, kata Kukuh, ada yang sampai menyebut produksi mobil harus dikurangi untuk mengurangi kemacetan. Padahal mengacu data, rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan negara ASEAN yang lain.
"Indonesia masih jauh di bawah Thailand, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam soal kepemilikan mobil," imbuhnya.
Berdasarkan data terbaru Gaikindo, rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru mencapai 99 mobil per 1.000 penduduk. Angka ini naik dari sebelumnya 87 mobil.
Sedangkan Singapura di angka 211 mobil per 1.000 penduduk. Diikuti Thailand 275 mobil, Malaysia 490 mobil, dan yang tertinggi Brunei Darussalam 805 mobil per 1.000 penduduk.
ADVERTISEMENT
Artinya, rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih berpotensi untuk tumbuh. Mengingat jumlah penduduk nusantara yang cukup besar.
Penyediaan jaringan jalan
Menurut Kukuh, penyebab kemacetan yang utama adalah minimnya infrastruktur jalan. Apalagi, jumlah pertumbuhan jalan tak sebanding dengan penambahan jaringan jalan.
"Iya mungkin sekarang sudah dibangun infrastruktur jalan. Dan sudah tak terfokus di pulau Jawa saja," tuturnya. Mengacu data dari presentasi RDPU Komisi V DPR RI pada 30 Juni 2020, total panjang jaringan jalan sebesar 539.353 km dengan pembagian jalan nasional 47.017 km, provinsi 54.554 km, dan kabupaten/kota 437.782 km.
Kapasitas produksi mobil dan utilisasi
Kukuh menambahkan, kapasitas terpasang total pabrik mobil di Indonesia saat ini mencapai 2,25 juta. Sementara yang digunakan baru sekitar 1,2 jutaan.
ADVERTISEMENT
"Potensi Indonesia masih besar, ekosistem otomotif juga besar dan bisa membuka lapangan kerja sangat banyak. Kalau utilisasi kita tinggi, pemilik modal bisa senang," ujar Kukuh.