Ingat Lagi, Teknik Berkendara di Jalan Tol Saat Malam Hari

21 Agustus 2022 11:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi mobil innova yang dikendarai ayah Wagub Jatim usai terlibat kecelakaan di Tol Pemalang-Batang. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi mobil innova yang dikendarai ayah Wagub Jatim usai terlibat kecelakaan di Tol Pemalang-Batang. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Berkendara di jalan tol terutama di malam hari perlu kehati-hatian. Jarak pandang yang terbatas, bosan dan rasa kantuk yang mengganggu bisa jadi tantangan berat bagi pengemudi.
ADVERTISEMENT
Menurut Badan Pusat Statistik Nasional, kecelakaan lalu lintas di jalan tol masih didominasi oleh faktor pengemudinya. Pada tahun 2020, Ada 439 kasus kecelakaan di jalan tol dengan faktor penyebabnya adalah pengemudi. Sampel yang diambil adalah kecelakaan di Tol Jagorawi, Tol Japek, Jakarta-Tangerang dan Cawang-Tomang-Cengkareng.
Menurut Sony Susmana selaku pendiri sekaligus pengajar senior di Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), perjalanan jarak jauh di jalan tol terutama di jam subuh atau pagi buta adalah overthinking. “Long trip di jalan tol, pengemudi dapat mudah sekali terkena microsleep, overthinking, hingga highway hypnosis,” bukanya.
Hal ini dapat terjadi karena pengemudi tidak bisa melakukan manajemen waktu perjalanan terutama jam istirahat yang diperlukan sehingga menyebabkan kelelahan berujung rasa kantuk.
ADVERTISEMENT
Pengemudi terutama di jam subuh atau pagi buta dapat terkena overthinking karena adanya rasa jenuh. Ini dapat menyebabkan kantuk dan reaksi yang dilakukan biasanya menginjak pedal gas dalam-dalam. “Hal tersebut (menginjak pedal gas dalam-dalam) dapat terlihat dari parahnya kerusakan kendaraan (yang mengalami kecelakaan) akibat kecepatan yang tinggi,” tambahnya.
Kendaraan yang didominasi pemudik melaju satu arah (One Way) di Jalan Tol Trans Jawa Semarang-Solo Km 426 B, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (8/6) malam. Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Menurutnya ada beberapa tips yang dapat dilakukan pengemudi untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut. “Pertama, tidur yang cukup sebelumnya, kira-kira enam hingga tujuh jam. Kedua, atur jadwal istirahat tiga jam maksimal atau sesuaikan dengan kondisi fisik. Ketiga, pengemudi dapat melakukan commentary driving untuk membantu pengemudi tetap terjaga,” tuturnya.
Selain itu, pengemudi juga perlu menyadari kemampuan diri dan tidak memaksakan berkendara. Ia menjelaskan perlunya berhenti sejenak dari kendaraan untuk melakukan stretching atau buang air kecil.
ADVERTISEMENT
Pria ramah ini juga menegaskan bahwa safety belt dan airbag yang ada di kendaraan hanya untuk mengurangi risiko cedera. “Keselamatan berkendara hanya bisa dicapai dengan mengemudi safety lewat kontrol emosi, kontrol kecepatan dan kontrol jarak,” jelasnya.