Kata Daihatsu Soal Usulan Pajak Nol Persen Mobil Baru Ditolak

19 Oktober 2020 17:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembelian mobil baru. Foto: dok. Auto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembelian mobil baru. Foto: dok. Auto
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menolak usulan pembebasan sejumlah instrumen pajak untuk mobil baru. Usulan ini diajukan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk merangsang daya beli masyarakat dan mendorong industri otomotif.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak mempertimbangkan saat ini untuk memberikan pajak mobil baru nol persen seperti yang disampaikan industri maupun Kementerian Perindustrian," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers online APBN KiTa, Senin (19/10).
Otoritas fiskal selama ini, kata Sri Mulyani, sudah memberikan berbagai insentif. Dan Sri Mulyani akan mengevaluasi keseluruhan insentif yang telah digelontorkan agar berkeadilan.
"Saya percaya keputusan yang diambil, sudah melihat berbagai sudut pandang," kata Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra merespons keputusan Menkeu saat dihubungi kumparan Senin (19/10).
Booth Daihatsu di GIIAS 2019 Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Amelia menambahkan, pemerintah, tentu saja mempertimbangkan berbagai aspek sebelum memutuskan hal tersebut. "Kami sebagai pemain percaya itu sudah dipikirkan masak-masak. Apalagi Ibu Menteri mendapat reputasi sebagai Menkeu terbaik," tutur Amelia
ADVERTISEMENT

Industri otomotif baru pulih 2023

Sebelumnya, Amelia memprediksi, industri otomotif Indonesia baru akan pulih pada 2023. Ini didasarkan pada dua faktor: kesehatan dan makro ekonomi.
Menurutnya, selama vaksin belum bisa memberikan kepastian dan aktivitas masyarakat belum kembali normal, maka pasar otomotif belum bisa mencapai performa di tahun 2019.
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengunjungi GIIAS 2019, Rabu (24/7). Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
"Bahkan 2022 pun kami perkirakan belum sampai ke posisi 2019. Dalam hitung-hitungan kami posisi akan masuk ke 2019, sekitar 2023, masih panjang perjalanan ini," ucapnya.
Sementara terkait makro ekonomi sendiri, Amelia mengamati pergerakan GDP, lalu kurs rupiah, inflasi, lalu terkait iklim investasi.