Klakson 'Telolet' Picu Kecelakaan Bus dan Truk

3 Desember 2022 10:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menggunakan mobil derek untuk mengangkat kepala truk pengangkut bahan bakar minyak (BBM) yang mengalami kecelakaan maut di Jalan Transyogi, Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menggunakan mobil derek untuk mengangkat kepala truk pengangkut bahan bakar minyak (BBM) yang mengalami kecelakaan maut di Jalan Transyogi, Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Klakson telolet menjadi salah satu item modifikasi yang sering ditemukan di bus maupun truk. Nada merdu yang dihasilkan menarik perhatian pengguna jalan lain maupun masyarakat yang dilewati kendaraan tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, ada bahaya yang mengintai di balik pemasangannya. Ini ternyata menjadi penyebab beberapa kecelakan truk dan bus yang terjadi di Indonesia.
“Di kecelakaan Cibubur, rem blong disebabkan karena tenaga angin untuk pengereman pneumatik tidak memenuhi ambang batas yaitu lima bar,” buka Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan saat ditemui kumparan belum lama ini.
Petugas melakukan pengecekan kondisi kelaikan bus angkutan Lebaran di terminal Rajabasa, Badar Lampung, Lampung, Rabu (20/4/2022). Foto: Ardiansyah/ANTARA FOTO
Rem pneumatik adalah sistem pengereman yang mengandalkan udara bertekanan untuk menekan piston silinder. Sepatu rem akan bekerja ketika piston tertekan sehingga kendaraan bisa berkurang lajunya.
Kompresor menyuplai udara bertekanan untuk sistem rem. Penyimpanannya dilakukan di tangki udara.
Nah, di tangki penyimpanan ini lah, klakson telolet menjadi masalah. Sebab, udara untuk membunyikan klakson diambil dari komponen ini.
“Semua modifikasi klakson telolet mengambil angin dari tabung rem. Bila ada kebocoran di klakson, otomatis udara di tangki akan tekor,” jelasnya.
Klakson telolet dibunyikan sopir bus Foto: Aria/kumparan
Wildan menjelaskan, ada tiga komponen klakson telolet yang sering mengalami kerusakan. Itu adalah selang, ikatan atau sambungan pipa klakson, dan solenoid valve.
ADVERTISEMENT
“Selang klakson telolet itu rawan pecah karena berbahan plastik. Ikatan atau sambungannya juga tidak standar otomotif. Solenoid valve kan berbahan karet itu bisa robek kapan saja,” urainya.
Uji pengereman terhadap kendaraan dengan klakson telolet sudah dilakukan KNKT. Wildan menjelaskan temuannya.
“Saat dipasang klakson telolet, pengisian udara untuk sistem rem membutuhkan waktu 14,7 menit. Ketika itu dilepas, pengisiannya hanya butuh waktu 6 menit. Gap-nya sangat jauh,” ucap pria ramah ini.
“Saat mengerem terus menerus, angin yang terbuang adalah 1,5 bar. Kalau pengisiannya lama dan rem terus menerus bekerja, otomatis angin akan terkuras habis sehingga rem tidak bekerja secara maksimal,” sambungnya.
Awak bus mengemas barang bawaan penumpang di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Foto: Dhemas Reviyanto/Antara Foto
Gap inilah yang menyebabkan klakson telolet dianggap berbahaya oleh KNKT. Pemasangannya diperbolehkan asalkan dengan syarat tertentu.
ADVERTISEMENT
“Harus pakai kompresor sendiri dan suplai tangki sendiri. Jangan mengambil dari rem. Ini sudah kami rekomendasikan ke Kemenhub,” imbuh pria ramah ini.
Petugas gabungan memeriksa kondisi kelaikan angkutan bus lebaran di Terminal Patria, Kota Blitar, Jawa Timur, Selasa (19/4/2022). Foto: Irfan Anshori/ANTARA FOTO
Penegakkan aturan mengenai klakson telolet sudah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. Salah satunya, tidak meloloskan uji tipe kendaraan yang dipasang klakson ini.
“Pertamina sudah melarang penggunaannya di semua truk. Sudah dilepas semua di kendaraan operasional Pertamina,” pungkasnya.