Norwegia Punya Jalanan ‘Teraman’ di Dunia

12 November 2021 13:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi situasi jalanan di kawasan Warung Jati Barat, Jakarta Selatan, Kamis (14/10). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi situasi jalanan di kawasan Warung Jati Barat, Jakarta Selatan, Kamis (14/10). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Jalanan merupakan salah satu aspek penting yang tidak dapat dipisahkan ketika berkendara.
ADVERTISEMENT
Banyak aktivitas yang dilakukan di jalanan daripada hanya selain sekadar sebagai media lalu lintas kendaraan. Namun, jalan atau jalan raya dapat menjadi salah satu tempat berbahaya, lebih lebih dapat menjadi tempat yang dapat mengancam nyawa.
Menurut data Badan Pusat Statistik terdapat total jumlah angka kecelakaan sebesar 116.411 sepanjang tahun 2019 di Indonesia. Meski begitu, karakteristik jalan dan pengguna jalan dapat berbeda-beda pada setiap wilayah atau negara.
Ilustrasi Situasi Jalanan di Norwegia. Foto: Shutter Stock
Norwegia contohnya, dinobatkan sebagai negara yang memiliki status jalanan teraman di dunia. Data tersebut berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Zutobi, sebuah perusahaan edukasi keselamatan berkendara.
Jepang menduduki posisi kedua, sementara negara tetangga Norwegia yakni Swedia berada posisi ketiga sebagai pemilik jalanan teraman.

Lalu faktor apa yang membuat jalanan aman digunakan?

Menurut Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan bahwa sejatinya tidak ada jalan yang benar-benar aman.
ADVERTISEMENT
“Sejatinya tidak ada jalanan yang aman, karena jalan raya termasuk ruang publik. Banyak multifaktor yang membuat jalan tidak aman baik dari manusia, kendaraan, atau faktor lingkungan itu sendiri,” buka Jusri saat dihubungi kumparan (10/11).
Namun, Jusri menyatakan terdapat dua faktor kunci agar jalan semakin aman bagi setiap penggunanya yakni dengan cara edukasi berlalu lintas yang masif dan penerapan aturan yang jelas.
“Fokusnya adalah pengguna jalan itu sendiri, bagaimana mereka paham dan mengerti keselamatan di jalan raya, kemudian juga masalah penerapan aturan yang harus jelas dan tegas,” jelas Jusri.
Ilustrasi latihan mengendarai sepeda motor. Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Jusri juga menyebut, tingkat kepatuhan dan kedisiplinan pengguna jalan yang tinggi sebanding atau linear dengan tingkat angka kecelakaan yang rendah.
“Kalau edukasi itu ada, maka pengguna jalan akan mengerti bukan hanya sekadar tahu. Nah, kalau sudah sampai tahap tersebut, bahkan mungkin tanpa aturan pun, sesama pengguna jalan saling mengerti akan kebutuhan kenyamanan, kelancaran, dan keselamatan yang hanya bisa dicapai dengan kepatuhan,” pungkas Jusri.
ADVERTISEMENT
Jusri menambahkan perlunya edukasi berlalu lintas harus dengan metode yang jelas dan mudah dipahami oleh setiap orang. Di samping itu harus ada penerapan aturan, tindak pelanggaran, hingga sanksi yang tegas untuk membuat pengendara disiplin dan menciptakan kebiasaan berkendara yang berorientasi kepada keselamatan.