Pahami Etika Mengemudikan Supercar, Supaya Tak Berujung Kecelakaan

17 Januari 2020 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ferrari Festival of Speed  Foto: Gesit Prayogi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ferrari Festival of Speed Foto: Gesit Prayogi/kumparan
ADVERTISEMENT
Kecelakaan yang melibatkan kendaraan supercar, tak sedikit jumlahnya. Tragedi terakhir, yaitu antara Ferrari dengan Honda Mobilio di Tol JORR KM 30, Pasar Rebo, Jakarta Timur, pukul 06.20 pagi, Minggu (5/1).
ADVERTISEMENT
Akibatnya Ferrari melompati pembatas jalan dan terperosok ke parit di bahu jalan. Polisi mengatakan, itu terjadi saat konvoi supercar dari arah Fatmawati, Jakarta Selatan. Pengemudi Ferrari kehilangan konsentrasi dan menabrak bagian belakang Mobilio, lalu terperosok ke parit.
Menanggapi kasus tersebut, Jusri Pulubuhu, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan pada dasarnya konsentrasi diperlukan saat mengemudi. Namun, saat mengemudi supercar, ada beberapa aspek yang perlu dipahami betul oleh pengendaranya.
Nah supaya ke depannya lebih aman, pahami etika mengemudikan supercar ala Jusri berikut ini.
1. Fokus dan Hindari Multitasking
Jusri menyebut, supercar berbeda dengan mobil biasa dan punya karakteristik khusus, seperti tenaga, rem, dan handling. Sedikit saja pengemudi tidak konsentrasi, bisa menyebabkan hilang kendali.
ADVERTISEMENT
Ibaratnya kata Jusri, menunggangi supercar seperti mengendarai jet tempur karena memiliki teknologi yang canggih dibanding kendaraan biasa. Sehingga, multitasking saat berkendara wajib dihindari.
2. Pahami Tombol
Khusus untuk pengemudi pemula, wajib hukumnya memahami seluruh fungsi dan fitur yang tersemat dalam supercar miliknya.
"Pahami seluruh fungsi tombol dan fitur di dalamnya sebelum mengoperasikannya, sehingga tidak bingung saat sedang berkendara dan tidak menurunkan konsentrasi," katanya.
3. Gunakan Sirkuit
Sebagai mobil hobi dan koleksi, pemilik supercar bisa mengendarai mobilnya di sirkuit. Dengan memanfaatkan fasilitas tersebut, pengemudi lebih bebas mengetes kecepatan dan akselerasi tanpa khawatir dengan pengguna jalan lain.
"Sebaiknya ktika mereka punya waktu dan kesempatan ingin memaksimalkan kendaraan ini (fitur, akselerasi, power, dan kecepatan), maka ada satu tempat yang bisa memfasilitasi keinginan tersebut yaitu sirkuit," ucapnya.
ADVERTISEMENT
4. Pilih Waktu Berkendara yang Sepi
Dengan karakteristik dan spesifikasi di atas rata-rata mobil biasa, supercar tidak bisa dipakai sebagai kendaraan transportasi harian. Untuk itu, pilihlah waktu yang tepat ketika hendak mengemudikannya seperti saat lalu lintas sepi pada waktu tertentu.
"Kalo di jalan raya, mau tidak mau supercar tidak bisa dipakai sebagai moda transportasi biasa. Yang bisa dilakukan adalah memilih waktu yang tepat saat kondisi lalu lintas sepi seperti malam atau dini hari," ungkapnya.
Ini juga berkaitan dengan masalah yang sering dihadapi supercar, yaitu potensi overheat pada situasi macet. Ini menyebabkan supercar memang harus dipacu dalam kecepatan tinggi.
"Kadang kala ini yang membuat pengemudi terpicu memacu kendaraannya lebih cepat. Tapi kondisi jalan raya yang umumnya padat, justru berpeluang memicu terjadinya kecelakaan," paparnya.
ADVERTISEMENT
5. Konvoi dengan Pengawalan
Jika ingin konvoi dengan komunitas pada jam-jam sibuk lalu lintas, baiknya meminta pengawalan dari polisi patwal sehingga ruang geraknya bisa lebih lancar. Namun, tetap patuhi aturan berlalu lintas, mendapat pengawalan bukan berarti bisa bertindak arogan.
"Dalam pengawalan pun mereka harus tetap mematuhi aturan lalu lintas, bukan berarti eksklusif. Ketika mereka dikawal harus tetap sopan, mengikuti komando dari patwal, tidak bisa salip-menyalip, cuma kecepatannya melebihi normal jadi lebih aman," tutupnya.