Pemerintah Fokus Kembangkan Industri Mobil Listrik, Toyota: Jangan Pilih-pilih
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bahkan segmen ini punya payung hukum sendiri lewat Perpres nomor 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Malah pemerintah juga merevisi aturan perpajakan kendaraan berbasis emisi CO2, yang ada di PP 73 tahun 2019. Beberapa pasalnya diubah, lewat terbitnya PP 74 tahun 2021.
Poinnya, mobil-mobil hybrid pajaknya dinaikkan lagi, bahkan untuk jenis plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) ditendang dari daftar mobil yang bebas pajak.
Melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani, perubahan ini diharapkan bisa membuka peluang investasi merek mobil listrik, untuk masuk ke Indonesia.
Karena lewat aturan sebelumnya, gap antara mobil listrik murni (KLBB/BEV) sangat rapat dengan mobil hybrid, yang masih menggendong mesin konvensional.
"Nah ini menyebabkan investor yang akan membangun mobil listrik di Indonesia merasa tidak kompetitif. Sehingga mereka para investor berharap adanya discrepancy atau perbedaan," ucapnya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (15/3/2021).
ADVERTISEMENT
Jangan pilih-pilih
Berbincang dengan Direktur Corporate Affairs Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, terkait dengan komitmen investasi baterai mobil listrik Toyota, dirinya menyinggung pasar Indonesia.
Diketahui, Toyota Motor Corporation baru saja mengumumkan akan gelontorkan 1,5 triliun yen atau 13,6 dolar AS, dan setara dengan Rp 194 triliun untuk pengembangan dan membangun supply baterai untuk mobil listrik dan hybrid.
Tentu ini angka yang menggiurkan, apabila Toyota Indonesia kebagian untuk mendapat guyuran investasi. Mungkin bisa kita produksi lokal salah satu, atau beberapa komponen baterai, seperti sel, kotak baterai, terminal atau pelatnya.
Namun sayangnya, Bob masih belum optimistis akan hal itu, lantaran kondisi pasar dalam negeri.
"Tapi intinya kami mendukung upaya pemerintah untuk membangun industri yang terintegrasi. Jadi harus di-create demand-nya dahulu, bila ada demand kami bisa bangun industri," tuturnya kepada kumparan, Rabu (8/9/2021).
Pasalnya kata Bob, bila industri hulu dibangun tetapi pasarnya tidak ada, akan sulit. Indonesia perlu accelerated market.
ADVERTISEMENT
"Semua harus didukung mulai dari hybrid, PHEV, BEV sampai FCV. Jangan pilih-pilih. Semua juga listrik karena 3 komponen; battery, motor dan PCU. Jadi jangan dibeda-bedakan," kata Bob.