Pemerintah Kejar Target Produksi 600 Ribu Mobil Listrik di 2030

15 Juli 2021 10:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hyundai akan luncurkan 13 mobil listrik hingga 2022 Foto: dok. Carscoops
zoom-in-whitePerbesar
Hyundai akan luncurkan 13 mobil listrik hingga 2022 Foto: dok. Carscoops
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan pemerintah menargetkan produksi mobil listrik low carbon emission vehicle (LCEV) pada 2030 nanti sebanyak 600 ribu unit. Adapun produksi motor listrik sebanyak 2,450 juta unit.
ADVERTISEMENT
Target tersebut tambah Menperin juga diharapkan bisa mengurangi produksi emisi gas buang CO2 2,7 juta ton kendaraan roda empat dan lebih, serta 1,1 juta ton dari kendaraan roda dua.
Realisasinya tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Bagi industri manufaktur, pemerintah juga telah menawarkan berbagai insentif mencakup tax holiday, mini tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk, bea masuk ditanggung pemerintah, dan super tax deduction untuk kegiatan riset dan pengembangan.
"Selain itu dalam rangka industrialisasi electric vehicle, pemerintah memberikan insentif fiskal dan non fiskal bagi konsumen, sebesar 0 persen dalam PP 74 2021, juga pajak BBNKB 0 persen di DKI Jakarta, serta 10 persen di Jawa Barat," terangnya dalam Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7).
Hyundai IONIQ 5. Foto: dok. Hyundai
Agar mempercepat iklim penggunaan kendaraan ramah lingkungan, Menperin juga akan menetapkan peraturan pembelian kendaraan listrik di lingkungan instansi pemerintah.
ADVERTISEMENT
Targetnya pembelian kendaraan listrik roda empat sebanyak 32.983 unit sementara kendaraan roda dua mencapai 398.530 unit. Sejauh ini beberapa instansi yang mulai ke arah sana adalah Kementerian Perhubungan dan Pemprov Jawa Barat.
"Indonesia adalah pasar penjualan dan produksi otomotif terbesar di ASEAN. Proyeksinya akan tumbuh dengan tambahan 2 juta produksi pada tahun 2025, ini bisa menjadi peluang untuk mengembangkan electric vehicle," lanjutnya.
Untuk mencapai itu, Indonesia dengan cadangan bahan baku baterai berupa nikel terbesar di dunia, juga harus bisa menguasai salah satu rantai pasok baterai, yang menjadi jantung dari semua kendaraan listrik berbasis baterai.
Sehingga nantinya diharapkan bukan cuma mengimpor baterai dan mengekspor sumber daya mineral, tetapi juga memanfaatkan potensi nilai tambah produk berupa baterai jadi dan kendaraan listrik.
BMW i3S Foto: Bangki Jaya Putra/kumparan
Agus mengatakan saat ini sudah ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai. Terdiri atas lima perusahaan penyedia bahan baku dan sisanya produsen baterai.
ADVERTISEMENT
"Dengan demikian Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai untuk kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai, perakitan, manufaktur kendaraan listrik dan daur ulang," terangnya.
Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia (IBI) Toto Nugroho menambahkan, meski punya pasar dan didukung dari sumber daya yang besar, Indonesia juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Soal lisensi teknologi baterai yang belum sepenuhnya dikuasai dan nilai investasi.
"Membangun industri baterai menuju kelas dunia dengan kapasitas 140 GWh kita membutuhkan investasi dan timeline panjang. Dari segi timeline 3 sampai 4 tahun, dari sisi investasi nilai yang kita butuhkan 15,3 miliar USD (atau setara Rp 222,4 triliun)," katanya.
Mitsubishi Outlander PHEV Foto: dok. MMKSI
Namun jelas Toto sudah ada 2 raksasa baterai yang berinvestasi besar dalam pengembangan baterai di Indonesia, yakni LG Energy Solution dari Korea Selatan dan Contemporary Amperex Technology (CATL) dari China.
ADVERTISEMENT
"Ekspansi menjadi pemain baterai global adalah sesuatu yang dapat kita raih. Dengan produksi 140 GWh, kita menjadi pemain baterai sel mungkin kebutuhan 20 persen di dunia, jadi sudah termasuk pemain global yang mendunia," tuntasnya.