Pemotor Kecil, Begini Sikap Hadapi Pengguna Moge Arogan di Jalan

5 November 2020 9:37 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rombongan moge Harley Davidson. Foto: Northernontario
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rombongan moge Harley Davidson. Foto: Northernontario
ADVERTISEMENT
Konvoi atau iring-iringan motor gede (moge) seringkali meresahkan pengguna jalan lain. Meski memang bukan hanya moge, jenis kendaraan lainnya jika sudah berkendara dalam jumlah banyak cenderung menampilkan sisi arogansinya.
ADVERTISEMENT
Yang masih hangat adalah kasus kekerasan yang dilakukan oleh oknum klub motor Harley Owners Group Siliwangi Bandung Chapter (HOG SBC) kepada anggota TNI di Bukit Tinggi, Sumatera Utara.
Pemicunya karena tak bisa mengontrol emosi. Saat itu dua anggota TNI berpangkat Serda, Serda M Yusuf dan Mistari memberi jalan untuk rombongan HOG karena memang dikawal oleh pihak kepolisian dari Polres Bukit Tinggi.
Singkat cerita ada rombongan Harley Davidson yang tercecer dan tertinggal di belakang. Menurut Kadispen TNI AU Marsma Fajar, rombongan yang tertinggal itu sempat menyenggol motor Serda Yusuf dan Serda Mistari.
Tapi informasi yang lain, rombongan Harley yang tercecer menggeber motornya dengan kencang membuat Serda Yusuf dan Mistari yang berboncengan hampir jatuh.
ADVERTISEMENT
Kedua TNI mengejar bermaksud memperingatkan mereka. Tapi teguran itu justru ditanggapi dengan kekerasan hingga Serda Yusuf dan Mistari mengalami luka cukup serius.

Gesekan pengguna motor kecil dan motor gede

Rolling thunder di Suryanation Motorland 2019. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Tak bisa dipungkiri banyak kasus perselisihan antara pengguna motor kecil dan juga moge ketika bersinggungan langsung di jalan.
Belajar dari kasus kekerasan yang dilakukan oleh oknum HOG SBC, Senior instructor sekaligus founder dari Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu berikan komentarnya.
Menurut dia jalan raya memang tak lepas dari emosi dan gesekan. Sebagai pengendara yang baik sikap mengalah adalah hal yang harus dijunjung tinggi.
"Masalahnya adalah ketidakpahaman kita dalam berempati. Coba misalkan ada empati tidak ada kejadian seperti itu. Harus ingat, jalan raya adalah ruang publik banyak faktor yang bisa memicu," kata Jusri lewat sambungan telepon kepada kumparan, Selasa (3/11).
Seorang pengendara motor membawa tangga saat terjebak macet di kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Ketika di jalan baik pengendara motor kecil maupun motor besar sifat mau berbagi adalah kunci untuk menghindari gesekan ini.
ADVERTISEMENT
"Misalnya saya pengendara moge, saya harus berpikir bahwa jalan raya adalah milik bersama tidak ada ekslusifitas. Begitu juga untuk motor kecil, harus tanamkan sikap itu dan lebih baik mengalah karena mengalah bukan berarti kita takut, tapi berpikir rasional demi keselamatan," jelasnya.

Yang waras mengalah

Rolling thunder di Suryanation Motorland 2019. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Di lain kesempatan, Head of Safety Riding Promotion Wahana Makmur Sejati, Agus Sani juga mengatakan hal yang sama. Dia menuturkan saat berkendara yang paling penting adalah mencari aman.
"Tentu di jalan banyak faktor di luar kita kehendaki seperti macet sampai pengendara yang asal-asalan. Untuk menyikapi hal tersebut sebagai pengendara yang inginnya selamat kita harusnya mengalah saja," kata Agus kepada kumparan, Rabu (4/11).
Peserta sedang melakukan teknik zigzag Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Maksudnya begini, ketika ada moge yang ugal-ugalan atau sebaliknya (motor kecil) hal yang harus dilakukan sebaiknya menghindari ketimbang meladeni.
ADVERTISEMENT
"Di jalan bukan soal yang menang siapa, tapi yang sopan itu yang luar biasa. Sebaiknya ketika ada rombongan yang membahayakan dan bertemu dengan polisi dilaporkan saja biar mereka yang bertindak, karena kita tidak punya kewajiban akan hal itu," pungkasnya.