Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0

ADVERTISEMENT
Perekayasa Ahli Muda Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional, Hafsah Halidah, bicara soal peluang dan tantangan ekosistem Battery Electric Vehicle (BEV) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tentang peluang, kata dia, Indonesia punya sumber daya material yang melimpah.
"Terutama nickel, copper, cobalt, ini tiga resource yang kita paling kaya. Di semua report [seperti] report baterai internasional, pasti menyebutkan nama Indonesia sebagai negara dengan resource yang sangat kaya," kata Hafsah dalam kumparan New Energy Vehicle (NEV) Summit 2025, di MGP Space, SCBD Spark, Jakarta Selatan pada Selasa, (6/5/2025).
Menurutnya, laporan-laporan internasional itu selalu mendorong negara-negara yang sudah menjadi eksportir besar baterai seperti China untuk bekerja sama dengan Indonesia.
"Karena kita punya resource-nya mereka punya knowledge-nya," kata dia.
Dengan kondisi tersebut, Hafsah menilai pemerintah harus bisa memanfaatkannya. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi lokasi "penitipan" pabrik saja tanpa ada transfer ilmu dan teknologi.
ADVERTISEMENT
"Sekarang kita cuma mau dititipin kantor doang, pabrik doang, atau kita rebut. Sebenarnya cara-cara dan regulasinya sudah ada. Misalkan kalau ada investasi asing itu berapa persen pekerjanya harus orang Indonesia, itu regulasi sudah ada tapi di-enforce nggak, sekarang seperti apa keadaannya, jangan sampai kita ketitipan kantor, ketitipan pabrik doang, tapi transfer ilmunya enggak ada," kata dia.
Selain sumber daya alam, lanjut Hafsah, potensi lain yakni pasar domestik yang besar. Di Asia Tenggara misalnya, Indonesia menjadi produsen mobil kedua terbesar setelah Thailand dan produsen motor nomor satu.
"Jadi kita itu powerhouse di ASEAN untuk produksi kendaraan dan pengguna mobil listrik kita meningkat jauh pesat. Sebenarnya pasar itu gede banget di sini, dan seharusnya itu bisa dimanfaatin," ucapnya.
Selain itu, keunggulan Indonesia lainnya yakni mengenai sumberdaya manusianya. Menurut Hafsah, banyak sekali lulusan dalam negeri maupun luar negeri yang bisa berkontribusi. Mereka hanya butuh aktualisasi diri di bidang ini.
ADVERTISEMENT
"Dan yang terakhir, kita punya kekuatan tadi yang seperti saya sebutkan ICE (Internal Combustion Engine) vehicle technology, jadi kita sudah ada penguasaan kendaraan tapi untuk kendaraan ICE ya," ucapnya.
Tantangan
Di balik kelebihan, ada tantangan. Hafsah mengatakan, setidaknya ada dua tantangan yakni dari segi teknologi baterai dan industri. Namun tantangan itu, kata dia, bisa diatasi jika adanya dukungan dari pemerintah.
"Jadi ketika pemerintahnya willing, pemerintahnya endorse, itu pasti pesat. Jadi sebenarnya semua tantangan industri itu bisa dilewati jika pemerintahnya push banget," kata dia.
"Saya beberapa kali ngobrol sama partner-partner kita dari luar negeri, mereka bilang tahun-tahun kemarin saat presiden sebelum Pak Prabowo, Presiden Jokowi, itu semua bilang Indonesia is doing a great job, cepat sekali, kenceng sekali. Cuma masalahnya keberlanjutan lanjut nggak nih," pungkasnya.
ADVERTISEMENT