Rupiah Melemah, Apa Dampaknya ke Industri Otomotif?

13 Mei 2022 7:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toyota Rush di booth Toyota di IIMS Hybrid 2021. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Rush di booth Toyota di IIMS Hybrid 2021. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina rupanya masih terus berdampak pada situasi perekonomian global, tak terkecuali Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terbaru, The Fed baru saja menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,75 hingga 1 persen. Kenaikan ini menjadi yang tertinggi selama 22 tahun terakhir. Bahkan, para ekonom global memprediksi, dengan terus meningkatnya laju inflasi di AS, The Fed kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi.
Kondisi itu secara tidak langsung juga berdampak terhadap mata uang dolar Amerika Serikat yang semakin menguat terhadap mata uang lainnya, termasuk Indonesia. Terakhir pada Kamis (12/5) pukul 17.45, rupiah dilaporkan melemah ke angka Rp 14.618 per dolar Amerika Serikat.
Booth Honda di IIMS Hybrid 2021. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO

Bakal ganggu penjualan mobil?

Adanya kenaikan suku bunga yang cukup tinggi serta melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ini tentu menimbulkan berbagai kekhawatiran, termasuk terhadap industri otomotif serta penjualan mobil di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menanggapi situasi itu, Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy menyatakan masih memantau kondisi makro ekonomi.
"Saat ini kami masih terus memonitor (dampaknya)," beber Anton.
Sama seperti Anton, Business Innovation and Marketing & Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy, juga mengatakan mulai menyiapkan beberapa strategi untuk menghadapi situasi tersebut.
"Kami monitor terus perkembangannya, serta terus melakukan efisiensi di internal kami dan meningkatkan produktivitas agar dapat menekan kenaikan cost yang tinggi," beber Billy.
Booth Daihatsu di GIIAS 2021. Foto: Muhammad Ikbal/kumparan
Hanya saja, baik Anton maupun Billy, mengaku masih sulit untuk melihat seberapa besar dampak kenaikan suku bunga serta pelemahan rupiah terhadap penjualan mobil. Pun ketika ditanya prediksi ke depan, mereka hanya bisa berharap tren positif bakal terus terjaga.
ADVERTISEMENT
"Situasi penjualan mobil pasca Lebaran masih baru dimulai, tentu perlu waktu untuk memonitor. Harapannya market otomotif tetap bisa positif dan naik dibanding tahun lalu," tutup Anton.
***