Terbukti Efektif, Ini 7 Dampak Positif Diskon PPnBM Mobil Baru

25 Agustus 2021 12:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pameran otomotif IIMS Hybrid 2021 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/4). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pameran otomotif IIMS Hybrid 2021 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/4). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Program Relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah kendaraan bermotor (PPnBM DTP) yang diluncurkan oleh Pemerintah sejak Maret 2021 mampu mendongkrak utilisasi industri otomotif nasional yang tengah menghadapi penurunan selama pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Dengan inisiatif pemerintah ini maka industri otomotif bisa dikatakan di Indonesia terselamatkan dan tumbuh,” ujar Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, dalam webinar Evaluasi Dampak Program Relaksasi PPnBM DTP Kendaraan Bermotor belum lama ini.
Adapun hasil temuan dari Institute for Strategic Initiatives memperlihatkan bahwa program relaksasi PPnBM ini berhasil memberikan dampak yang positif mulai dari penjualan mobil hingga fiskal. Berikut kumparan sajikan lengkapnya.
1. Program Relaksasi PPnBM Bantu Tingkatkan Penjualan
Ya, dengan adanya PPnBM ini berhasil membuktikan peningkatan penjualan mobil pada masa pandemi ini. Mendorong masyarakat untuk membeli mobil lebih banyak karena potongan harga sehingga membuat penjualan mobil hampir sama dengan kondisi sebelum pandemi.
Menurut Institute for Strategic Initiatives, berkat PPnBM nilai penjualan mobil meningkat sebesar Rp 22,95 triliun. Lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2020 yaitu Rp 10,62 triliun.
ADVERTISEMENT
2. Menjadi Dampak Positif Terhadap Ekonomi
Kemudian PPnBM juga mampu menciptakan penambahan output sebesar Rp 39,90 triliun dengan komposisi terbesar di Industri Pengolahan sebesar Rp 29 triliun, diikuti oleh Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar Rp 3,69 triliun, lalu Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp 1,7 triliun dan Perdagangan Besar dan Eceran beserta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp 1,7 triliun.
Suasana pameran otomotif IIMS Hybrid 2021 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/4). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
3. Menciptakan Kesempatan Kerja
Selain mendorong penjualan mobil, PPnBM juga berhasil menciptakan kesempatan kerja dengan total sebesar 183 ribu. Dengan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan penyumbang paling besar, yaitu 77.301 orang.
“Dominannya di sana (sektor Pertanian) karena mungkin sudah mulai memanfaatkan teknologi untuk mobilitas hasil-hasil pertaniannya, sehingga daya serapnya juga lebih besar ketika industri otomotif ini didorong,” ujar Wahyudi Tohar dari Institute for Strategic Initiative.
ADVERTISEMENT
Diikuti oleh Industri Pengolahan yang menyumbang 75.452 orang, lalu Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebanyak 17.719 orang, Transportasi dan Pergudangan sebesar 3.159 orang dan sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 2.043 orang.
Sejumlah petugas SPG berjaga di booth Mitsubishi, di pameran IIMS Hybrid 2021, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/4). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
4. Menghasilkan Pendapatan Rumah Tangga yang Cukup Tinggi
Tentunya dengan terciptanya lapangan pekerjaan, ini juga meningkatkan pendapatan rumah tangga menjadi sebesar Rp 6,6 triliun. Dengan sumbangan terbesar berasal dari Industri Pengolahan sebesar Rp 3,8 triliun.
Lalu terdapat Rp 1,2 triliun yang disumbangkan oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Kemudian sektor Transportasi dan Pergudangan sebesar Rp 527,6 miliar, Jasa Keuangan dan Transportasi dengan total Rp 221,4 miliar dan diakhiri oleh Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp 17,7 miliar.
ADVERTISEMENT
5. Naiknya Total Pendapatan Negara
Total pendapatan negara yang diperoleh dengan PPnBM sebesar Rp 5,17 triliun. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan total pendapatan tahun 2020, yaitu Rp 3,3 miliar.
Tidak hanya itu, program PPnBM ini memiliki potensi penerimaan yang hilang berupa insentif PPnBM DTP yang dimanfaatkan konsumen sebesar Rp 2,3 triliun. Kemudian potensi penerimaan negara yang diperoleh dari pendapatan yang masih dapat dipungut berkat penjualan mobil sebesar Rp 5,17 triliun yang berasal dari PPN, PKB, dan BBNKB.
“Ya memang kebijakan ini mengandung risiko loss berupa sejumlah insentif yang diberikan, tapi ketika bandingkan dengan potential gain dalam bentuk peningkatan PPN, PKB dan BBNKB yang dihasilkan karena penjualan mobil, itu angkanya jauh lebih besar,” lanjut Wahyudi Tohar.
ADVERTISEMENT
6. Peningkatan Permintaan Input Dalam Sektor Industri dan Non-Industri
Untuk sektor otomotif, insentif PPnBM memberikan peningkatan permintaan input di sektor industri sebesar Rp 29 triliun dengan porsi terbesar terjadi Industri Kendaraan Bermotor, Trailer, dan Semi Trailer yang mencapai Rp 26 triliun.
Penjualan Mobil Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Kemudian diikuti oleh Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik sebesar Rp 736 miliar serta Industri Peralatan Listrik menyumbangkan Rp 609 miliar.
Sementara itu, sektor non-industri mendapat peningkatan sebesar Rp 6 triliun dengan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebagai penyumbang terbesar, yaitu Rp 3,2 triliun. Lalu diikuti oleh Transportasi dan Pergudangan serta Jasa Keuangan dan Asuransi yang masing-masing menyumbangkan Rp 772 miliar dan Rp 643 miliar.
ADVERTISEMENT
7. Peningkatan Permintaan Output dalam Sektor Industri dan Non-Industri
Adapun, penciptaan output sektor industri otomotif sebesar Rp 26 triliun. Diikuti oleh Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik sebesar Rp 258 miliar dan Industri Peralatan Listrik sebesar Rp 183 miliar.
Sedangkan di sektor non-industri dipicu peningkatan output sektor industri otomotif sebesar Rp 10 triliun dengan penyumbang terbesar berasal dari Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp 2,8 triliun. Kemudian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar Rp 1,7 triliun dan Transportasi dan Pergudangan sebesar Rp 1,42 triliun.