Terpaksa Harus Nyetir Mobil Saat Erupsi Gunung Semeru, Pahami Hal Ini

5 Desember 2021 13:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi beberapa mobil terkena debu vulkanik. Foto: Tomy W Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi beberapa mobil terkena debu vulkanik. Foto: Tomy W Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kejadian erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12) membuat sebagian warga memilih untuk evakuasi ke tempat yang aman.
ADVERTISEMENT
Namun tidak sedikit dari mereka yang menggunakan kendaraan bermotor untuk perjalanan menuju tempat evakuasi.
Padahal jika tidak diperhatikan dengan seksama, alih-alih untuk mencari tempat selamat, justru malah menantang bahaya yang lebih besar.
Seperti yang diutarakan oleh Director Training Safety Defensive Consultant Sony Susmana, menurutnya jika suatu pemukiman hanya dilalui abu vulkanik dan bukan merupakan jalur lahar atau berada di luar radius 1 km, sebaiknya bertahan di rumah saja.
Suasana pasca erupsi Gunung Semeru. Foto: BNPB
“Pengalaman waktu di Jogja dulu, waktu itu saya lihat kondisi, asal bertahan di dalam rumah ini aman. Selama tidak dilalui jalur lahar, sebaiknya di dalam rumah, tidak usah panik,” ujarnya kepada kumparan (4/12).
Keputusan tersebut, kata Sony, semata-mata untuk menghindari resiko lebih besar ketika mencoba menyelamatkan diri pada situasi tidak menentu seperti itu.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kalau ketemu erupsi atau gunung meletus, itu nomor satu panik orang-orang. Ini yang bahaya, ketika panik jadi buru-buru. Nah ini rentan kecelakaan (jika menggunakan kendaraan), bahaya,” jelas Sony.
Sony mengatakan jika memang harus evakuasi, lakukanlah sebelum abu vulkanik mencapai jalan raya dan pemukiman warga, serta dilakukan dengan sangat hati-hati.
Kendaraan khusus dikerahkan TNI AU untuk melewati medan pasca erupsi Gunung Semeru. Foto: Dispenau
“Tapi kalau memang terpaksa banget (evakuasi), dan harus keluar, ya lakukan dengan hati-hati. Seperti apa? Semua pasti pada ngebut di jalan, pada panik sehingga pastikan cari momen yang pas atau rute jalan yang kondusif,” pungkasnya.
Sony berujar, jika pada situasi erupsi tersebut jalan akan dipenuhi oleh abu vulkanik yang dapat membuat permukaan jalan menjadi sangat licin, apalagi jika dibarengi dengan turunnya hujan.
ADVERTISEMENT
“Jika debu itu udah ada di jalan, apa lagi hujan misalnya, itu berbahaya ya. Jalan menjadi sangat licin, berpotensi tergelincir dan kecelakaan,” kata Sony.

Kiat berkendara di tengah dan pasca situasi erupsi

Jika harus berkendara pada situasi pasca erupsi, Sony memberikan kiat yang harus diperhatikan oleh pengendara agar terhindar dari bahaya. Utamanya, ia menyarankan untuk menghindari penggunaan sepeda motor.
Kondisi Candipuro Lumajang pasca erupsi gunung Semeru. Foto: Dok. Istimewa
“Roda dua engga disaranin ya, karena rentan slip, rentan jatuh, kemudian mengganggu kesehatan si pengendara itu sendiri, potensi abu masuk ke bagian dalam tubuh kan,” kata Sony.
Sebelum memutuskan untuk membawa kendaraan, Sony meminta untuk memperhatikan persiapan dan cara mengemudi kendaraan.
“Pastikan visibilitas minimal 10 meter, hindari jalanan turunan dan tanjakan, dan lakukan orientasi dengan kecepatan yang sangat rendah, artinya terukur dalam mengerem yang ideal,” pungkas Sony.
Ilustrasi suasana jalan di sekitar gunung berapi pasca erupsi. Foto: Dok. Istimewa
Selain itu, untuk menghindari kerusakan pada kendaraan saat melewati jalan yang banyak abu vulkanik, perlu diperhatikan cara berkendaranya.
ADVERTISEMENT
“Manuver secara halus dan hindari memainkan pedal gas berlebih yang justru akan menghisab debu ke ruang bakar,” tutup Sony.