Thailand Incar Status Produsen dan Eksportir Mobil Listrik Nomor 1 ASEAN

19 Mei 2021 12:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aktivitas produksi pabrik mobil di Thailand. Foto: Nikkei
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aktivitas produksi pabrik mobil di Thailand. Foto: Nikkei
ADVERTISEMENT
Industri mobil listrik Thailand terus didorong. Mereka berupaya mengejar status jadi produsen dan eksportir electric vehicle (EV) nomor 1 di ASEAN.
ADVERTISEMENT
Komite Kebijakan Kendaraan Listrik Nasional, mempertimbangkan target produksi EV baru, yang menyumbang setengah dari total produksi mobil Thailand pada tahun 2030.
Bila saat ini volume produksi tahunannya di angka 2 juta unit. Paling tidak kurang dari satu dekade lagi mereka akan memproduksi 1 juta EV setahun.
Pemerintah juga sudah umumkan kebijakan pemberian insentif, bagi produsen mobil dan komponen yang mau investasi di EV. Bahkan baru ini mereka baru sedang menggodok tarif cukai EV baru, yang diturunkan dari 8 persen ke 2 persen.

Total investasi sampai Rp 35 triliun

Ini jadi sinyal yang jelas bagi pembuat mobil, produsen energi, dan perusahaan lain untuk menangkap peluang investasi di infrastruktur EV.
Sebab, jumlah orang yang mengendarai mobil listrik diperkirakan akan meningkat secara substansial selama beberapa tahun ke depan. Badan Investasi Thailand pada periode 2017-2019 mencatat, investasi untuk manufaktur dan infrastruktur kendaraan listrik, totalnya sudah mencapai 79 miliar baht atau Rp 35 triliun.
ADVERTISEMENT
Mengutip Nikkei, diperkirakan dalam tiga tahun ke depan, investasi akan meningkat jauh lebih cepat. Bahkan mengalahkan rekor yang dibuat selama periode tiga tahun sebelumnya.

1.200 stasiun pengisian

Fakta mengejutkan lainnya, Kementerian Energi Thailand mengatakan, sudah ada 1.200 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Dan pembangunan infrastruktur EV, menjadi bisnis yang sedang berkembang.
Pemerintah Negeri Gajah Putih belum memiliki target khusus, akan ada berapa SPKLU yang akan dibangun. Kebanyakan SPKLU sendiri, didirikan oleh perusahaan swasta, yang ingin memanfaatkan demand yang meningkat.
Pengemudi saat melakukan pengisian di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Apalagi pemerintah Thailand sangat gencar mempromosikan kendaraan listrik. Dan bukan sekadar wacana tapi sungguhan.
Jumlah SPKLU ini sangat jauh dibanding yang sudah ada di Indonesia. Berdasarkan data Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, baru ada 101.
ADVERTISEMENT

Tantangan rantai pasok

Seiring dengan semakin banyak investasi kendaraan listrik di Thailand, tantangan terbesarnya adalah soal rantai pasok (supply chain).
Saat ini ada beberapa pabrikan yang menawarkan kendaraan berbasis listrik di Thailand, mulai dari Toyota, diikuti pemain dari China, ada SAIC Motor dan Great Wall Motor.
Booth Mobil Listrik Toyota di IIMS Hybrid 2021. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
Juru bicara asosiasi industri otomotif Thailand Surapong Phaisitpattanapong, mengungkapkan produsen komponen mesin pembakaran internal berusaha menjadi pemasok komponen EV, seperti baterai, motor listrik, dan konverter.
Namun itu tak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Semua tentang skala ekonomi. Jika jumlah pengguna EV meningkat secara substansial, itu akan menjadi investasi yang berharga, termasuk pembuat suku cadang mobil.
"Mereka akan siap beralih memproduksi suku cadang EV, dan yang akan menciptakan rantai pasokan yang siap untuk pengembangan EV, tetapi itu akan memakan waktu," ucapnya.
ADVERTISEMENT