Tim Riset Teknik UI Sulap Daihatsu Ayla Jadi Mobil Listrik

10 Oktober 2019 7:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil Molina Mev-02 yang menggunakan sasis Daihatsu Ayla. Foto: Bagas Putra Riyadhana
zoom-in-whitePerbesar
Mobil Molina Mev-02 yang menggunakan sasis Daihatsu Ayla. Foto: Bagas Putra Riyadhana
ADVERTISEMENT
Geliat pengembangan mobil listrik mendorong lembaga pendidikan tinggi, untuk berlomba-lomba melakukan riset. Seperti salah satunya Universitas Indonesia (UI), yang turut mengembangkan mobil listrik jenis hatchback bernama Molina Mev-02 Urban A.
ADVERTISEMENT
Molina sendiri merupakan kepanjangan dari Mobil Listrik Nasional, sebuah program riset mobil listrik yang sempat moncer saat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2013.
Hadi Rudiya, Asisten Riset Dosen Teknik UI, mengatakan Molina Mev-02 Urban A merupakan hasil riset tim dosen dari beberapa jurusan teknik.
"Risetnya tergabung dalam Research Center for Advanced Vehicle, ada teman-teman dari beberapa jurusan di Fakultas Teknik UI yang terlibat," kata Hadi, Rabu (9/10).
Hadi Rudiya, Asisten Riset Dosen Teknik UI. Foto: Bagas Putra Riyadhana
Menariknya, mobil ini menggunakan sasis Daihatsu Ayla yang dimodifikasi menjadi mobil listrik. Asisten Profesor Fakultas Teknik UI, Dr. Chairul Hudaya, yang merupakan salah satu peneliti RCAVe FTUI, mengatakan program ini memang dikhususkan untuk mengubah mobil berbahan bakar minyak menjadi mobil listrik, jika ada masyarakat yang ingin melakukannya.
ADVERTISEMENT
"Kita juga harus menyiapkan industrinya, salah satunya dari riset Molina UI ini," kata Chairul kepada kumparan, Rabu (9/10).
Soal spesifikasi, Chairul menjelaskan Molina Mev-02 menggunakan enam baterai lead acid berdaya 10,8 kWh dengan tegangan kerja 72 Volt. Konversi mencakup penggantian mesin dengan motor listrik bersumber daya DC. Mobil ini dapat melaju hingga kecepatan 80 kilometer per jam dengan jarak tempuh mencapai 30-40 kilometer.
Ruang mesin Mobil Molina Mev-02. Foto: Bagas Putra Riyadhana
Menurut Chairul, baterai yang digunakan memang bukan dari jenis lithium ion, namun baterai lead acid dinilainya lebih murah dan punya power density yang lumayan baik.
"Performa power density-nya lumayan baik, namun segi energy density agak kurang dibandingkan lithium ion battery," ujar Chairul.
Ada pun untuk pengisian daya baterai memerlukan waktu 4-5 jam hingga terisi penuh.
Baterai Molina Mev-02 yang terpasang di bagasi belakang. Foto: Bagas Putra Riyadhana
Saat ditanya apakah UI juga akan membuat riset mobil listrik sport, Chairul menyebut bahwa universitas yang terlibat Program Molina memiliki porsi riset masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Kalo Universitas Indonesia sebenarnya fokusnya ke bus listrik, jadi kita juga punya bus. Kalo universitas lain ada yang diarahkan pada mobil SUV listrik, mobil listrik sport, dan sepeda motor. Jadi setiap universitas punya porsi masing-masing di program ini," ucap Chairul.

Riset Kendaraan Listrik UI

UI-EV Bus rancangan Universitas Indonesia. Foto: Dok. Universitas Indonesia.
Selain membuat Molina Mev-02, Fakultas Teknik UI juga mengembangkan bus listrik bernama UI-EV Bus. Chairul mengaku bus tersebut sudah dioperasikan sebagai bus komuter di lingkungan UI, namun saat ini ada masalah pada baterai dan perlu diganti sejak pertama kali dioperasikan tahun 2016. Masalah tersebut dikarenakan beberapa baterainya menggelembung.
Menyoal perangkat pengisian daya untuk operasional bus, menurut Chairul pihaknya juga sudah mengembangkan secara khusus.
Chairul mengakui, program Molina UI memang sempat tersendat karena kasus hukum yang menimpa Dasep Ahmadi, pengembang mobil listrik, pada tahun 2017.
ADVERTISEMENT
"Sempat tersendat pengembangan dan pendanaannya karena jadi momok bagi peneliti melakukan riset," ungkap Chairul.
Namun, kini program Molina UI sudah mulai digiatkan kembali. Ada sekitar Rp 4 miliar dana dari Lembaga Beasiswa dan Pendanaan Riset Indonesia (LPDP) untuk pengembangan sasis bus listrik dan motor listrik di UI.
Terakhir, Chairul mengatakan tujuan konversi bus dan mobil konvensional menjadi mobil listrik ini juga sebagai landasan awal riset komponen mekanik mobil listrik nasional, sehingga bisa dipatenkan hak ciptanya.