Tips Cegah Microsleep seperti yang Dialami Sopir Vanessa Angel

6 November 2021 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mengantuk saat mengemudi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengantuk saat mengemudi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Microsleep yang sering menyerang pengemudi kendaraan bermotor, kerap jadi salah satu penyebab kecelakaan fatal. Nah salah satunya seperti yang diduga dialami sopir Vanessa Angel.
ADVERTISEMENT

Lalu sebenarnya apa sih microsleep itu?

Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, masyarakat kerap salah kaprah soal fenomena microsleep ini.
Microsleep itu ada salah satu bentuk gejala kelelahan akibat fenomena berpola atau berulang selama mengendarai kendaraan di jalan raya dan ini dapat terjadi kepada orang yang bugar sekalipun,” ujar Jusri kepada kumparan (05/11).
Fenomena berpola atau berulang yang dimaksud Jusri dalam kaitannya dengan berkendara, yaitu suatu keadaan sekitar yang sifatnya monoton saat mengendarai kendaraan.
“Misalnya di jalan raya, apalagi jalan raya yang cenderung panjang dan minim kelokkan seperti tol. Hal seperti kecepatan konstan, pemandangan statis atau yang itu-itu saja, dapat membuat pengemudi terlena, ini juga dikenal sebagai Highway Hypnosis,” ujar Jusri melalui sambungan telepon.
Ilustrasi jalan tol. Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Jusri melanjutkan, hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya stimulus yang merangsang indra dan respon otak seseorang. Meski gangguan tidur ini memang bukan masalah besar.
ADVERTISEMENT
Namun dalam beberapa kondisi tertentu, microsleep sangatlah berbahaya.
Maka, seseorang yang sedang dalam fase microsleep akan cepat kembali pada kondisi semula ketika ada rangsangan dari luar seperti klakson dari kendaraan lain atau si pengemudi tersebut sudah sepenuhnya tersadar kembali.
“Gejala microsleep beda dengan mengantuk yang murni karena memang kelelahan, setelah tersadar pasca microsleep Anda kembali bugar seketika, beda dengan yang mengantuk karena memang capek, tetapi keduanya sudah pasti segera butuh istirahat,” pungkas Jusri.
Dikutip dari kumparanSAINS, gejala microsleep umumnya seperti tatapan mata kosong, sering menundukkan kepala, tubuh tiba-tiba tersentak, tidak dapat mengingat peristiwa beberapa menit terakhir, sangat sulit untuk tetap terjaga, dan tidak bisa fokus.

Cara mencegah terjadinya microsleep

Jusri menyarankan untuk lebih mengamati keadaan sekitar selama perjalanan.
ADVERTISEMENT
“Coba untuk sering melihat situasi sekitar, contoh objek bergerak seperti kendaraan dari belakang dengan spion atau objek di depan, buat perhitungan seperti menjaga kecepatan yang ideal atau mengira-ngira jarak kendaraan supaya otak kita terstimulasi,” ujarnya.
Microsleep juga merupakan bagian dari gejala kelelahan, untuk itu Jusri mengimbau pengendara untuk beristirahat setiap dua jam sekali selama berkendara jarak jauh.
“Microsleep itu juga tanda Anda kelelahan, maka dari itu beristirahatlah. Istirahat yang paling bagus ya tidur, ambil waktu 15-30 menit, jangan hanya sekadar berhenti itu tidak membuat istirahat Anda berkualitas,” imbau Jusri.
Ilustrasi rest area Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Fenomena microsleep tidak hanya bisa terjadi saat perjalanan panjang saja, Jusri mengatakan fenomena tersebut bisa terjadi selama berkendara dalam rentang waktu tertentu.
ADVERTISEMENT
“Fenomena microsleep ini bisa juga terjadi untuk rute pendek, misalnya pola perjalanan Anda bolak-balik dari rumah ke kantor, jika terus melewati rute yang sama persis potensi microsleep sangat bisa terjadi,” ujarnya.
Jusri menyebutkan hal itu karena pola yang sama dan terus-menerus sudah tertanam di otak kita. Karena pola yang sama tadi membuat stimulus di otak jadi kurang.
Selain itu, pemilihan rute alternatif bisa menjadi opsi untuk menghindari fenomena microsleep lebih sering. Itu karena, dengan perbedaan rute yang yang dilewati, memungkinkan untuk terhindar dari pola perjalanan yang sama atau monoton.
“Setiap melewati rute baru, otak pasti akan terstimulasi dengan segala hal baru dan berbeda yang ada di lingkungan tersebut, jadi kita tidak akan mudah terbuai atau terlena,” ujar Jusri.
ADVERTISEMENT