2 Organisasi di Balik Mayoritas Iklan Anti Vaksin di Facebook

16 November 2019 19:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi media sosial Facebook. Foto: konkarampelas via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial Facebook. Foto: konkarampelas via Pixabay
ADVERTISEMENT
Sentimen anti vaksin berangkat dari banyak sebab, mulai dari ketakutan akan efek sampingnya hingga hukum vaksin di mata agama. Kelompok ini tercatat mulai muncul sejak tahun 1763 di Prancis. Mereka juga yang menyebar berita-berita negatif mengenai vaksin di ruang-ruang publik, termasuk lewat media sosial --Facebook, contohnya.
ADVERTISEMENT
Soal banyaknya pemberitaan palsu terkait vaksin yang disebar oleh kaum anti vaksin ini bisa dibuktikan oleh riset terbaru yang dilakukan tim peneliti dari George Washington University. Hasil penelitian mereka menunjukkan, mayoritas kampanye anti vaksin di Facebook, yakni 54 persen, disebar oleh dua organisasi kontroversial asal AS: World Mercury Project milik Robert F. Kennedy Jr. dan Stop Mandatory Vaccinations milik Larry Cook.
Ilustrasi hoaks Foto: Shutterstock
Kebanyakan iklan tersebut berisi informasi hoaks soal vaksinasi.
“Tentu kami terkejut,” ujar David Broniatowski, salah satu peneliti yang terlibat riset, seperti dikutip The Guardian. “Dua orang (di balik kedua perusahaan) merupakan penghasil sebagian besar konten (anti vaksin di Facebook).”
Iklan garapan Stop Mandatory Vaccinations--sesuai nama pembuatnya--punya ruh gerakan yang jelas: menentang keragaman vaksinasi yang diwajibkan. Cook mendanai iklan dari kocek pribadi dan penggalangan dana lewat situs-situs crowdfunding untuk kampanye anti vaksinya.
ADVERTISEMENT
Pada Maret 2019, pihak GoFundMe pernah memblokir seluruh konten bikinan perusahaannya. Monetisasi video YouTube untuk konten serupa juga dimatikan pihak YouTube.
Adapun Kennedy, yang merupakan anak mantan Jaksa Agung AS Bobby Kennedy, mendapat penetangan dari saudara kandung dan keponakannya sendiri. Mereka bahkan menyebut kampanyenya sebagai disinformasi yang berbahaya. “(Dia) salah dengan cara yang tragis,” tulis mereka, seperti dikutip Politico.
Ilustrasi vaksin. Foto: Shutterstock
Padahal, vaksin adalah salah satu penemuan medis paling aman dan efektif sepanjang sejarah.
Temuan dari tim George Washington University ini merupakan yang pertama kalinya. Arsip-arsip iklan yang diteliti bersumber dari database iklan yang dibuka Facebook, setelah platform tersebut dikritik karena turut menyebarkan disinformasi soal referendum Brexit dan Pemilu Presiden AS 2016.
ADVERTISEMENT
Algoritma Facebook juga turut membantu iklan-iklan anti vaksin menyebar ke pengguna yang mungkin skeptis atau mendukung vaksin. Di Inggris, misalnya, beberapa perempuan dan orang tua yang memiliki anak telah menjadi sasaran target iklan Stop Mandatory Vaccination, dan bahkan Cook sebagai pemasang iklan dikecam oleh UK Advertising Standards Authority, otoritas yang mengatur standar periklanan di Inggris.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah memasukkan gerakan anti vaksin sebagai salah satu ancaman kesehatan dunia selama 2019.
Hal itu akan diperparah dengan paparan negatif soal vaksin yang bertebaran di internet tanpa bisa dibendung. “Dari perspektif organisasi kami, disinformasi soal vaksin menyebabkan bahaya yang nyata bagi individu-individu dan komunitas mereka,” ujar Emily Lowther, juru bicara Minnesota Hospitals Association.
ADVERTISEMENT