4 Mitos Tentang Gaya Hidup Nol Sampah di Indonesia

25 Desember 2019 17:01 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maurilla Imron, founder Zero Waste ID (ZWI) Foto: Foto: via Instagram @murielimron
zoom-in-whitePerbesar
Maurilla Imron, founder Zero Waste ID (ZWI) Foto: Foto: via Instagram @murielimron
ADVERTISEMENT
Saat gaya hidup zero waste mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia, setiap orang memaknainya dengan berbeda-beda. Founder Zero Waste ID (ZWI), sebuah platform digital untuk memperkenalkan gaya hidup nol sampah ke masyarakat Indonesia, Maurilla Imron, menuturkan bahwa tak sedikit masyarakat yang menganggapnya sebagai sebuah tren.
ADVERTISEMENT
“Kalaupun ini sebuah tren, ini adalah tren yang baik dan memiliki impact baik,” tutur ibu satu anak itu, saat dihubungi kumparanSAINS, beberapa waktu lalu.
Maurilla optimisitis, ke depannya semua orang bakal menemukan alasan masing-masing mengapa harus menerapkan gaya hidup nol sampah di kehidupan mereka sehari-hari. Meskipun jalan yang ditempuh dengan mengikuti tren terlebih dahulu, namun dirinya meyakini bahwa gaya hidup seperti ini harus berkelanjutan demi menjawab kebutuhan Bumi yang kini mengalami climate emergency.
Sampah membuat lingkungan tercemar. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Maurilla pun sangat mengapresiasi orang-orang yang ingin mendalami konsep zero waste dan melanjutkannya sebagai gaya hidup. “Zero Waste lifestyle bukan tren tapi kebutuhan,” tegasnya.
Selain menepis anggapan zero waste sebagai sebuah tren, Maurilla juga mencoba meluruskan beragam mitos yang beredar di kalangan masyarakat Indonesia tentang gaya hidup ini.
ADVERTISEMENT
“Ada beberapa salah kaprah yang beredar di luar sana mengenai gaya hidup zero waste dan ini juga diamini oleh followers kami di Instagram melalui polling yang kami lakukan beberapa waktu lalu,” jelasnya.
Miskonsepsinya yaitu mahal, ribet, anti plastik, dan hanya tren belaka. Tapi sebetulnya semua bisa dipatahkan dengan mudah, karena intinya adalah kembali pada pola pikir dan edukasi.”
Setidaknya ada 4 mitos atau miskonsepsi yang kerap berkeliaran di tengah-tengah masyarakat tentang gaya hidup zero waste, berikut penjelasan lengkapnya.
Mahal:
Mahal jika kita membeli setiap barang baru. Murah dan sederhana jika kita memulai dengan apa yang kita miliki dulu. Karena salah satu dari 5R dari konsep zero waste adalah REUSE (memakai kembali apa yang sudah kita punya).
ADVERTISEMENT
Untuk hal-hal seperti clodi, menstrual cup yang terlihat mahal, pikirkan bahwa itu hanya mahal di awal dan merupakan sebuah investasi. Tidak hanya dari segi keuangan karena pada dasarnya semua tergolong lebih murah, tetapi juga investasi pada lingkungan.
Menstrual cup. Foto: Shutterstock
Ribet:
Zero waste hakikatnya adalah menyederhanakan hidup karena akan banyak konsumsi-konsumsi berlebihan yang terpotong dengan sendirinya jika memahami benar konsep dari gaya hidup ini. Hidup jadi lebih mudah dan enteng.
Anti plastik:
Menghilangkan segala jenis plastik yang ada di rumah, padahal di dalam smartphone kita, kipas angin, gayung, barang-barang di sekitar kita terbuatnya dari plastik. Jadi plastik yang harus kita kurangi di sini adalah lebih ditekankan pada single use plastic atau penggunaan plastik sekali pakai.
ADVERTISEMENT
Tren:
Ini kembali pada pola pikir kita masing-masing. Positifnya adalah, tren bisa membuat orang yang sama sekali apatis dan tidak mau tahu, jadi ingin tahu dan bergabung tanpa sadar. Yang diharapkan adalah walaupun perkenalan seseorang dengan gaya hidup zero waste bermula dari tren, namun hal itu akan berubah menjadi keingintahuan yang kemudian berkembang.