news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

5 Sesar Aktif Kepung Cekungan Bandung, Ini Bahayanya

13 Agustus 2020 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Spesial: Waspada Sesar Lembang Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konten Spesial: Waspada Sesar Lembang Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Sekitar 39 juta tahun yang lalu, tepatnya pada zaman Tersier kala Eosen-Oligosen, sebuah kawasan yang disebut cekungan Bandung terbentuk di Provinsi Jawa Barat. 30 juta tahun kemudian atau sekitar 6 juta tahun lalu pada zaman Miosen, di cekungan tersebut mulai terbentuk gunung berapi, aktif di Pliosen akhir hingga zaman Kuarter atau saat ini.
ADVERTISEMENT
Selain dikelilingi gunung berapi, cekungan Bandung juga dikepung oleh setidaknya lima sesar aktif yang bisa memicu terjadinya gempa. Lima sesar aktif tersebut terdiri dari Sesar Lembang, Sesar Legok Kole, Sesar Jati, Sesar CT (Cileunyi-Tanjungsari), dan Sesar Cicalengka yang menyatu dengan Sesar Citarum.
Dr. Supartoyo, Pelaksana Tugas Kepala Sub Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Wilayah Timur menjelaskan, cekungan Bandung atau kawasan Bandung Raya adalah suatu depresi yang dikelilingi oleh gunung api dengan ketinggian antara 650 meter hingga 2000 meter.
Cekungan Bandung tersusun oleh endapan danau purba, yang kemudian bercampur dengan adanya endapan batuan gunung api di mana materialnya bersumber dari gunung berapi yang mengelilingi di sekitarnya. Cekungan Bandung telah menjelma menjadi kawasan strategis yang terus berkembang sehingga pengaturan penataan ruangnya ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres) no. 45 tahun 2018.
Tampak patahan sesar lembang yang melintang di kawasan sungai Cimeta. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

18 Gempa Terjadi di Cekungan Bandung Sejak 1972

Berdasarkan data dari United States Geological Survey (USGS), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan data sekunder lainnya, kawasan cekungan Bandung masuk dalam peta rawan gempa yang kerentanannya cukup tinggi. Tercatat, setidaknya sudah 18 kali gempa bumi yang terjadi di wilayah cekungan Bandung, mulai dari tahun 1972 hingga yang terakhir pada 2011.
ADVERTISEMENT
Dari 18 kali gempa yang pernah terjadi, lima di antaranya menyebabkan kerusakan bangunan dan infrastruktur di sejumlah wilayah terdampak. Gempa pertama mengguncang daerah Tanjung Sari dengan magnitudo 4,5 pada tahun 1972. Dampak guncangan menyebabkan kerusakan bangunan di beberapa daerah setempat.
Kedua gempa yang mengguncang Cicalengka pada tahun 2000 dengan kekuatan 4,4 magnitudo dan menyebabkan retakan dinding di Desa Margaasih, Narawita dan Waluya di Kecamatan Cicalengka. Lalu gempa bumi di Lembang, Bandung Barat pada tahun 2003 dengan kekuatan 4,2 magnitudo. Sejumlah bangunan di Cihideung dilaporkan mengalami kerusakan.
Gempa keempat dan kelima terjadi secara beruntun pada Agustus dan September 2011 akibat pergerakan sesar Lembang dengan kekuatan 3,3 dan 4,5 magnitudo. Akibatnya, ratusan rumah di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat, mengalami kerusakan.
Kawasan Gunung Batu, Maribaya, Lembang, yang dilintasi Sesar Lembang. Foto: Iqbal Tawakal/kumparan

Gempa Berpotensi Merusak

Kendati magnitudo yang dilepaskan sesar tergolong kecil, namun menurut Supartoyo, jika sesar-sesar itu kembali bergerak, maka seluruh permukiman dan bangunan yang ada di jalur sesar akan mengalami kerusakan.
ADVERTISEMENT
“Meski kekuatannya kecil, tentu saja akan berpotensi mengalami bencana, kerusakan, apalagi didukung oleh kondisi bangunan yang sifatnya non-engineering atau bangunan yang dirancang tidak tahan gempa,” kata Supartoyo dalam diskusi webinar ‘100 Tahun Pemantauan Gunungapi di Indonesia Kebencanaan Geologi di Cekungan Bandung’, Kamis (13/8).
Lebih lanjut Supartoyo menjelaskan, berdasarkan data panjang sesar dan lebar zona dengan didukung data sekunder, kekuatan gempa yang dihasilkan dari masing-masing sesar bisa beragam. Dengan rincian, Sesar Lembang bisa menghasilkan gempa dengan kekuatan maksimum 6,8 magnitudo. Kemudian Sesar CT mampu menghasilkan kekuatan gempa maksimum 6,3 magnitudo, dan sesar Cicalengka berkekuatan maksimum mencapai 4,4 magnitudo.
Di samping sesar aktif, cekungan Bandung juga berpotensi mengalami guncangan lainnya yang berasal dari sumber zona subduksi yang mungkin dampaknya bisa dirasakan di kota Bandung ataupun wilayah Bandung Raya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, perlu adanya mitigasi bencana yang detail untuk mengurangi risiko bencana, melakukan pemetaan detail pada zona bahaya sesar aktif atau Fault rupture hazard zone (FRHZ), larangan membangun rumah atau bangunan di FRHZ, dan melakukan edukasi mitigasi bencana pada masyarakat.
“Hanya dengan upaya mitigasi secara struktural dan nonstruktural secara terus-menerus, maka akan dapat mengurangi risiko bahaya gempa bumi,” kata Supartoyo.