Ahli Bedah Ini Mau Coba Transplantasi Rahim ke Wanita Transgender

12 Mei 2022 7:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rahim Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rahim Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ahli bedah di New Delhi, India, berencana untuk melakukan transplantasi rahim pada wanita transgender. Harapannya orang tersebut bisa hamil dan melahirkan bayinya dengan sempurna.
ADVERTISEMENT
Wanita transgender adalah orang yang terlahir sebagai laki-laki, tetapi dia merasa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Beberapa di antaranya ada yang mengubah alat kelaminnya melalui operasi bedah.
Meski prosedur ini terdengar mustahil, namun transplantasi rahim setidaknya pernah berhasil dilakukan pada wanita yang lahir tanpa rahim karena sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH). Wanita transgender itu menerima rahim dari donor yang sudah meninggal.
dr. Narendra Kaushik, yang bekerja di Olmec Transgender Surgery Institute, percaya bahwa operasi ini bakal segera terwujud dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebahagian transpuan yang menerima rahim donor.
Dalam survei yang dilakukan pada 2021 juga menunjukkan bahwa 90 persen transpuan percaya transplantasi rahim ini akan meningkatkan kualitas hidup mereka, termasuk mengurangi gejala dysphoric dan bisa meningkatkan feminitas-nya.
Pria transgender hamil. Foto: Shutter Stock
“Setiap wanita transgender ingin menjadi wanita seutuhnya. Dan itu termasuk menjadi seorang ibu. Ini semua bisa dilakukan dengan cara transplantasi rahim, sama seperti ginjal atau transplantasi lainnya,” kata dr Kaushik kepada Mirror.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah masa depan. Kami tidak dapat memprediksi dengan tepat kapan ini akan terjadi tetapi itu akan terjadi segera. Kami memiliki rencana dan kami sangat optimis tentang ini."
Rahim yang digunakan untuk transplantasi berasal dari donor yang sudah meninggal atau wanita transgender yang masih hidup. Para ahli percaya rahim yang diambil dari orang meninggal adalah paling aman. Selain bisa mengurangi waktu operasi, ini juga mencegah terjadinya komplikasi.
"Meski ada sejumlah faktor seperti anatomi, hormonal, kesuburan, dan kehamilan yang memerlukan pertimbangan, tidak ada aturan klinis yang menentang melakukan transplantasi rahim sebagai bagian dari operasi penggantian kelamin," kata tim bedah.
Ilustrasi melahirkan dengan operasi caesar. Foto: Shutterstock
Peneliti mengatakan, sebelum prosedur ini diterapkan kepada manusia, uji coba kepada hewan diperlukan untuk menentukan apakah penerima rahim bisa hamil dan mempertahankan kehamilannya atau tidak.
ADVERTISEMENT
Transplantasi rahim ke wanita transgender sebenarnya pernah dilakukan lebih dari seabad lalu. Pada tahun 1931, seorang transpuan bernama Lili Elbe yang berprofesi sebagai pelukis pernah melakukan prosedur transplantasi rahim. Namun, dia meninggal 3 bulan setelah operasi karena serangan jantung. Ini akibat infeksi selama prosedur pembedahan.
Bagaimanapun transplantasi rahim ke transpuan sangat berisiko, terutama bagi keamanan dan kesehatan.
“Masalah medis mengenai transplantasi rahim dengan penerima wanita non-cisgender termasuk penciptaan vaskularisasi uterus de novo, kebutuhan untuk penggantian hormon yang tepat untuk mempertahankan implantasi dan kehamilan, dan penempatan rahim di panggul non-ginekoid," ujar Dr. Amel Alghrani, Profesor Hukum di School of Law and Social Justice di University of Liverpool dan mantan pekerja di General Medical Council di Inggris, sebagaimana dikutip IFL Science.
ADVERTISEMENT
dr. Kaushik mengatakan, calon penerima rahim harus menjalani perawatan IVF agar bisa hamil karena rahim tak terhubung melalui saluran tuba ke vagina. Komplikasi lain yang mungkin dihadapi transpuan setelah operasi rahim adalah, bahwa perempuan umumnya memiliki panggul yang lebih lebar, membantu mereka dalam melahirkan. Namun, operasi caesar bisa menjadi pilihan untuk menghindari komplikasi lainnya.