Ahli Kesehatan Italia Minta Inggris Lockdown sebelum Terjadi Ledakan Corona

22 Maret 2020 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pejalan kaki mengenakan masker saat berjalan di London, Inggris. Foto: AFP/TOLGA AKMEN
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pejalan kaki mengenakan masker saat berjalan di London, Inggris. Foto: AFP/TOLGA AKMEN
ADVERTISEMENT
Tenaga medis di Inggris tengah menghadapi hantaman ombak pasien terinfeksi virus corona yang tak kunjung usai. Di sisi lain, pemerintah di sana belum juga menerapkan kebijakan lockdown untuk menekan angka penularan yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, ahli kesehatan Italia yang juga kepala perawatan darurat di Papa Giovanni XXII Hospital, Dr. Roberto Cosentini, menganjurkan Inggris untuk segera melakukan lockdown agar nasib masyarakat mereka tidak seperti yang dialami Italia.
Cosentini bercerita, rumah sakit tempatnya bekerja bisa kedatangan 50 sampai 60 pasien baru setiap harinya. Mereka juga selalu menyaksikan ratusan pasien menderita karena penyakit pernapasan yang disebabkan virus corona COVID-19 hingga akhirnya meninggal dunia.
“Ini adalah pneumonia yang sangat parah, dan itu adalah tekanan besar bagi setiap sistem kesehatan karena kami melihat setiap hari 50 hingga 60 pasien yang datang ke unit gawat darurat kami dengan pneumonia, dan kebanyakan dari mereka sangat parah sehingga membutuhkan volume oksigen yang sangat tinggi,” ujar Cosentini dikutip Sky News.
ADVERTISEMENT
“Jadi kami harus menata kembali ruang gawat darurat kami dan rumah sakit kami menjadi tiga level perawatan intensif,” lanjutnya.
Petugas palang merah mengecek kondisi tunawisma di kota Roma, Italia. Foto: REUTERS / Guglielmo Mangiapane
Ledakan jumlah pasien yang dialami Italia terjadi karena banyaknya jumlah kasus terinfeksi yang tidak terdeteksi. Sebelum kasus pertama dilaporkan, terjadi sejumlah kasus pneumonia yang luar biasa tinggi di sebuah rumah sakit di Codogno, Italia utara, namun hal itu hanya dianggap flu musiman.
Adapun tingkat kematian yang tinggi akibat corona di Italia juga didukung dengan faktor jumlah penduduk lansia dengan usia di atas 81 tahun mendominasi wilayah mereka. Jumlah itu diprediksi akan meningkat, karena populasi lansia di Italia jauh lebih banyak ketimbang negara Eropa lainnya.
Di sisi lain, pemerintah Italia sudah gencar melakukan pencegahan penyebaran virus. Sebulan sebelum kasus pertama dilaporkan, Kementerian Kesehatan Italia telah membentuk satgas penanganan virus corona. Italia bahkan menjadi negara Uni Eropa pertama yang memberlakukan pelarangan penerbangan ke dan dari China.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, pemerintah Italia telah mengambil langkah ekstrem untuk memutus mata rantai penyebaran virus di negaranya. Di bawah undang-undang isalolasi baru, orang-orang yang berpergian ke luar kota atau luar negeri akan dikenakan denda. 
Petugas palang merah mengobati tunawisma yang terluka di kota Roma, Italia. Foto: REUTERS / Guglielmo Mangiapane
Semua acara yang melibatkan orang banyak dilarang, seluruh sekolah di Italia diliburkan, ruang publik seperti gedung olahraga, teater, bioskop, dan ruang publik lainnya ditutup. Orang-orang yang tidak ingin diisolasi akan dihukum tiga bulan penjara atau denda sebesar 234 dolar AS atau setara dengan Rp 3,6 juta. 
Aturan baru ini juga melarang orang-orang mengunjungi kerabatnya yang dipenjara, memicu protes di 27 lembaga permasyarakatan di seluruh Italia. Cara lockdown dan isolasi itu menjadi satu-satunya cara untuk menghindari tingkat penularan yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Melihat jumlah penularan virus corona di Inggris yang terus meningkat, Cosentini mendesak Inggris untuk mengikuti langkah China dan Italia untuk memberlakukan lockdown.
“Saya tidak pernah merasa begitu tertekan dalam hidup saya, saya adalah dokter ahli yang bekerja di ICU, dan saya cukup terbiasa dengan momen-momen intens, dan pilihan-pilihan, dan orang-orang kritis dan mati tanpa perawatan apapun, dan Anda (biasanya bisa) membuat perbedaan,” tuturnya.
“Tetapi ketika Anda berada pada titik ini, Anda menyadari bahwa Anda tidak cukup. Kami semuanya 100 ahli anastesi, kami melakukan yang terbaik, tapi mungkin itu tidak cukup,” lanjutnya.
Sejumlah pejalan kaki mengenakan masker saat berjalan di London, Inggris. Foto: AFP/ISABEL INFANTES
Saat ini, pemerintah Inggris baru berada di tahap awal isolasi dengan mengumumkan rencana lockdown. Pemerintah meminta agar para pengusaha kafe, bar, dan restoran menutup sementara usahanya selama masa isolasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Inggris sendiri melaporkan jumlah kasus corona tertinggi keenam di Eropa, di belakang Italia, Spanyol, Jerman, Prancis, dan Swiss. Banyaknya kasus penularan menjadikan Eropa sebagai pusat penyebaran baru oleh WHO.
Hingga saat ini, Inggris melaporkan adanya 3.983 kasus terjangkit COVID-19, termasuk 177 kematian. Sayangnya angka yang berhasil sembuh hanya 65 kasus, menurut data dari Worldometers.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!