Ahli: PSBB Banyak yang Tak Patuh, Bagaimana Dilepas ke New Normal?

26 Mei 2020 19:32 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan memadati jalan menuju titik pemeriksaan pemudik di perbatasan Karawang-Bekasi, Jawa Barat, Jumat (22/5/2020).  Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan memadati jalan menuju titik pemeriksaan pemudik di perbatasan Karawang-Bekasi, Jawa Barat, Jumat (22/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia terus menerus menggaungkan wacana new normal kepada masyarakat kendati kurva kasus virus corona SARS-CoV-2 belum melandai. Tak pelak, sejumlah kebijakan yang dibuat dinilai telah memaksa kelahiran fase new normal ini secara prematur.
ADVERTISEMENT
Pelonggaran pembatasan sosial mulai bergulir meski jumlah kasus positif virus corona terus bertambah, salah satunya dengan pembukaan kembali 60 mal di Jakarta mulai 5 Juni mendatang. Berbagai sektor juga telah dipersiapkan untuk kembalinya masyarakat beraktivitas, antara lain penetapan protokol kesehatan untuk operasional transportasi publik, pusat perbelanjaan, hingga perkantoran.
Ahli epidemiologi dari Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan, pedoman beraktivitas saat new normal semestinya sudah diterapkan pada waktu pembatasan sosial.
“Itu kan perilaku kita untuk menghindari atau mengurangi risiko penularan antara lain selalu pakai masker, cuci tangan, dan sebagainya,” ujar Pandu saat dihubungi kumparanSAINS pada Selasa (26/4).
Ia menambahkan, pelaksanaan new normal di Indonesia akan menghadapi tantangan karena masyarakat tak dapat edukasi yang memadai saat pembatasan sosial masih berlangsung. Masih banyak masyarakat yang melanggar aturan menjaga jarak, memakai masker, maupun mencuci tangan.
ADVERTISEMENT
“Selama pembatasan sosial tidak diedukasi masyarakat supaya patuh. Jadi mau dilepas kaya gini ya gimana? Di zaman ada pembatasan saja, masyarakat enggak patuh,” tambahnya.
Di samping rencana relaksasi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), Indonesia akan menghadapi persoalan arus balik pemudik yang pulang kampung di tengah larangan mudik dari pemerintah. Untuk mencegah penularan baru, ketua Tim Pakar Gugus Tugas penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, meminta masyarakat yang sudah terlanjur mudik untuk tidak kembali ke Jakarta untuk sementara waktu.
Menurutnya, gelombang kedua corona di Jakarta bisa saja terjadi jika pemudik memaksa kembali ke Jakarta.
"Kalau para pemudik yang ngotot mudik terus kembali lagi ke Jakarta dan membawa penyakit, itu bisa-bisa nanti menjadi second wave (penularan corona gelombang kedua)," ujar Wiku di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (26/5).
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! Bantu donasi atasi dampak corona.