Alasan Ilmiah Masker Scuba dan Buff Dilarang di Kereta hingga Mal di Indonesia

22 September 2020 8:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang calon penumpang yang mengenakan masker scuba melintas di depan poster Presiden Joko Widodo saat akan memasuki Stasiun Tanah Abang, Jakarta. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang calon penumpang yang mengenakan masker scuba melintas di depan poster Presiden Joko Widodo saat akan memasuki Stasiun Tanah Abang, Jakarta. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam penerapan protokol kesehatan, penggunaan masker scuba dan buff atau kain tipis telah dilarang di sejumlah tempat. Misalnya di KRL Commuter Line, semua penumpang dilarang memakai masker scuba dan buff untuk menutupi mulut dan hidung per 21 September 2020.
ADVERTISEMENT
Pelarangan pemakaian masker scuba dan buff juga terjadi di salah satu mal di Jakarta. Pengelola mal LTC Glodok melarang para pengunjungnya memakai masker scuba dan buff. Jika melanggar, pengunjung yang memakainya tidak diizinkan masuk ke dalam mal.
Masker scuba dan buff memang sebaiknya tidak digunakan untuk mencegah penularan virus corona terutama di area publik. Alih-alih melindungi dan mencegah penularan, masker tipe tersebut justru bisa membahayakan penggunanya dan orang lain dari bahaya corona.
Jubir Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, masker scuba hanya memiliki satu lapisan. Bahannya yang tipis membuat masker tidak berfungsi baik dalam menyaring partikel droplet.
Selain itu, bentuk masker yang sederhana membuat penggunanya mudah untuk menurunkan masker. Hal ini membuat masker berjenis scuba maupun buff pemakaiannya kerap tidak sesuai.
ADVERTISEMENT
"Masker scuba atau buff adalah masker dengan satu lapis saja dan terlalu tipis, sehingga kemungkinan tembus, tak bisa menyaring lebih besar. Maka dari itu disarankan untuk pakai masker berkualitas untuk bisa menjaga," kata Wiku.
Ucup, berjualan buff di kebakaran Pasar Senen Foto: Nikolaus Harbowo/kumparan

Tingkat efektivitas masker scuba dan buff cegah virus corona buruk

Sebuah riset yang dilakukan para peneliti dari Duke University, Belanda menjelaskan, bahwa scuba dan buff merupakan tipe masker paling buruk kinerjanya ketimbang masker jenis lainnya. Itu dapat dari hasil studi eksperimental menggunakan perangkat laser sederhana.
Para peneliti mengamati seseorang yang memakai masker dan berbicara ke arah sinar laser yang disimpan di dalam perangkat berbentuk kotak. Jumlah tetesan yang dikeluarkan saat berbicara direkam menggunakan kamera ponsel. Hasilnya, dari sekian jenis masker yang diuji, buff dan scuba adalah yang paling buruk.
ADVERTISEMENT
“Pemahaman yang beredar di masyarakat selama ini bahwa memakai masker jenis apa pun lebih baik ketimbang tidak memakai masker sama sekali, tapi di sini hal itu tidak berlaku,” kata Martin Fischer, pemimpin dan spesialis pencitraan molekuler dari Duke University seperti dikutip Science Alert.
Infografik Masker Scuba. Foto: Hod Susanto/kumparan
Riset tersebut juga melihat pemakaian buff dapat meningkatkan jumlah tetesan dan memecah sejumlah droplet menjadi partikel yang lebih kecil. Hal tersebut membuat pengguna buff menjadi kontraproduktif karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa arus udara dan membahayakan orang di sekitar.
Efektivitas pencegahan penularan corona menggunakan masker scuba atau buff sangat rendah hanya 0-5 persen. Bandingkan masker N95 tingkat efektivitasnya mencapai 95-100 persen. Lalu, masker bedah 80-95 persen mencegah penularan corona.
ADVERTISEMENT
Jika diharuskan beraktivitas di area publik dan keluar rumah, masyarakat bisa menggunakan masker yang berbahan paling sedikit tiga lapis yang punya tingkat efektivitas 50-70 persen dan terbukti bisa mencegah droplet corona masuk.