AS Bakal Bikin Peternakan Monyet dengan Target 10.000 Ekor Setahun, Buat Apa?

19 Januari 2021 13:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi peneliti di laboratorium. Foto: jarmoluk/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peneliti di laboratorium. Foto: jarmoluk/Pixabay
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat berencana membangun pusat peternakan monyet dengan target 10.000 ekor per tahun. Monyet-monyet itu dibiakkan bukan untuk dilepasliarkan di alam liar, melainkan untuk penelitian medis. Ini artinya, akan ada peternakan primata pertama di dunia dalam skala industri.
ADVERTISEMENT
Sebuah perusahaan penelitian hewan di Texas berencana akan membangun pusat peternakan primata yang diharapkan bisa menjadi basis pengembangbiakan monyet terbesar di Amerika Serikat.
Rencana itu dibuat karena China--pemasok utama primata ke laboratorium AS-- telah melarang ekspor kera karena virus corona. Adapun monyet akan digunakan dalam uji coba di laboratorium, termasuk penelitian untuk COVID-19, SARS, Zika, dan virus mematikan lainnya.
Dilaporkan The Independent, proposal yang diajukan perusahaan raksasa Envigo menyatakan bahwa saat ini laboratorium di seluruh dunia kekurangan monyet untuk penelitian karena permintaan global melebihi jumlah pasokan yang ada. Terlebih ketika pandemi corona menyebar.
Ketika AS ingin melakukan lebih banyak percobaan dan penelitian, China justru menghentikan ekspor primata ke negara lain dan menyimpan hewan-hewan itu untuk penelitian medis di negaranya. Penimbunan primata di China tidak hanya akan meningkatkan mesin perekonomian, tapi juga menegaskan dirinya sebagai pemimpin sains global.
Ilustrasi Monyet. Foto: ANTARAFOTO/Wahdi Setiawan
Dalam proposal itu juga disebutkan perusahaan memiliki target sekitar 30.000 ekor monyet per tahun di masa depan guna kebutuhan laboratorium AS. Ini akan menelan biaya sekitar 500 juta dolar AS dan membutuhkan waktu hingga 10 tahun untuk membangun produksi.
ADVERTISEMENT
“Namun kami bisa mengamankan persediaan vital hewan bagi para ilmuwan AS dengan membangun pusat pembiakan sekitar 10.000 hewan per tahun” kata perusahaan tersebut.
Ini akan menelan biaya sekitar 170 juta dolar AS dan membutuhkan waktu lima tahun untuk mencapai target produksi. Perusahaan akan mempekerjakan 160 ilmuwan, teknisi hewan dan pekerja lainnya. Sementara pemimpin perusahaan berpendapat pusat pembiakan ini akan menjadi stimulus bagi ekonomi Texas, di mana Envigo telah menyiapkan lahan sekitar 200 hektare.
AS sendiri telah memiliki tujuh pusat regional didanai oleh National Institutes of Health (NIH), yang membiakkan puluhan ribu primata untuk penelitian. Namun, tetap saja negara tersebut masih dianggap sebagai importir hewan terbesar di dunia untuk percobaan laboratorium dan pembiakan koloni.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data terbaru, pada 2018 AS mengimpor hampir 39.000 primata, termasuk 28.848 kera dari China, 6.412 dari Kamboja, 2.649 dari Mauritius, dan lebih dari 1.000 monyet lainnya dari negara lain termasuk St Kitts. Tahun itu, ada sekitar 70.797 primata non-manusia yang digunakan dalam penelitian AS.
Peneliti memeriksa bayi monyet di Pusat Penelitian Primata Thailand Universitas Chulalongkorn. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
Kelompok kesejahteraan primata mengutuk rencana pusat penangkaran primata tersebut. Mereka menilai rencana ini sebagai “langkah mundur” dan mempertanyakan apakah percobaan pada monyet aman dan perlu.
“Meskipun ada kesamaan biologis antara primata non-manusia dan manusia, ada juga perbedaan substansial yang membuat hasil ekstrapolasi pada primata (monyet), tidak efektif ketika digunakan kepada manusia dan terkadang sangat berbahaya,” kata Nedim Buyukmihci, profesor kedokteran hewan emeritus di University of California.
ADVERTISEMENT
“Salah satu contohnya adalah TGN1412, yang ditemukan aman pada monyet tetapi mematikan bagi manusia.”
Sarah Kite, salah satu pendiri Action for Primates mengatakan, beberapa perusahaan farmasi memulai uji coba vaksin COVID-19 pada manusia sebelum penelitian pada monyet selesai. Ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan primata seperti monyet dalam uji coba laboratorium.
Peneliti memeriksa kandang pusat penangkaran kera ekor panjang di Pusat Penelitian Primata Thailand di Universitas Chulalongkorn, Saraburi, Thailand. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
Terkait kecaman tersebut, pihak Envigo belum memberi tanggapan. Tapi dalam situs resminya pihak perusahaan mengatakan:
“Nilai hewan dalam penelitian penting untuk memajukan pemahaman kita tentang tubuh dalam hal kesehatan dan penyakit, serta untuk mengembangkan obat-obatan baru dan senyawa lain. Tanpa penelitian pada hewan, kita tidak akan dapat menghasilkan obat-obatan yang mengubah hidup dan meningkatkan serta menyelamatkan kehidupan di seluruh dunia,” tulis Envigo dalam situs resminya.
ADVERTISEMENT
“Dalam melakukan penelitian hewan di Envigo, kami mengikuti prinsip 3R--penggantian, pengurangan, dan penyempurnaan. Kami memastikan 3R dipertimbangkan di semua tingkatan perusahaan. Ini berarti kami bekerja dengan alternatif hewan kapanpun kami bisa, kami bertujuan untuk melakukan penelitian dengan jumlah hewan sesedikit mungkin, dan kami mengambil tindakan untuk meminimalkan rasa sakit atau kesusahan sebelum, selama, dan setelah prosedur eksperimental.”
“Kami hanya bekerja dengan hewan ketika tidak ada cara lain untuk melakukan penelitian itu. kami bekerja untuk mengembangkan teknik alternatif. Kesehatan hewan adalah prioritas utama. Kami mengadopsi pendekatan yang manusiawi dan penuh kasih, secara aktif mengembangkan budaya kepedulian terhadap hewan dan bertujuan untuk beroperasi dengan standar profesional tertinggi. Hewan yang dirawat dengan baik memungkinkan kami menghasilkan sains yang lebih baik dan data yang lebih andal.”
ADVERTISEMENT