Ashraf Sinclair Kena Serangan Jantung, Ada Kaitannya dengan Kebiasaan Olahraga?

18 Februari 2020 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bunga Citra Lestari (kedua kanan) dan suaminya, Ashraf Sinclair (kanan) saat liburan ke New York. Foto: Instagram / @bclsinclair
zoom-in-whitePerbesar
Bunga Citra Lestari (kedua kanan) dan suaminya, Ashraf Sinclair (kanan) saat liburan ke New York. Foto: Instagram / @bclsinclair
ADVERTISEMENT
Panggung hiburan Tanah Air tengah diselimuti duka dengan kepergian Ashraf Sinclair, suami dari solois Bunga Citra Lestari. Ashraf meninggal dunia di usia 40 tahun karena serangan jantung pada Selasa (18/2) pukul 04.51 WIB.
ADVERTISEMENT
Semasa hidupnya, ayah satu anak itu dikenal sebagai sosok yang menerapkan pola hidup sehat dan gemar berolahraga. Aktor berkebangsaan Malaysia itu bahkan tak cuma menggeluti satu jenis olahraga.
Hal ini terlihat dari beberapa unggahan di halaman Instagram pribadinya @ashrafsinclair. Dua pekan sebelum kepergiannya, Ashraf sempat membagikan aktivitasnya bermain golf. Ayah dari Noah Sinclair itu juga sesekali melakoni olahraga angkat beban dan rajin melakukan olahraga crossfit.
Aktivitas fisik lainnya juga dilakoni Ashraf saat sedang menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Saat sedang berlibur di Labuan Bajo pertengahan tahun lalu misalnya, Ashraf, BCL dan buah hatinya juga memasukkan hiking dan menyelam dalam agenda liburan mereka.
Meskipun jarang terjadi, ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa orang sehat dan relatif muda juga mengalami serangan jantung. Dilansir dari laman Summit Medical Group, kasus seperti ini juga menimpa pelari jarak jauh asal Amerika Serikat, Jimm Fixx. Ia meninggal di usia 52 tahun akibat serangan jantung saat berlari.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, kisah Fixx mengingatkan kita kembali dengan apa yang menimpa Adjie Massaid pada 2011 silam. Aktor kawakan itu juga berpulang akibat serangan jantung, setelah dirinya bermain futsal.
Tak jarang kasus-kasus serangan jantung yang berujung pada kematian kemudian dikaitkan dengan olahraga. Sebuah riset yang digarap oleh Marijon E dan kawan-kawan pada 2015 lalu, yang berjudul Sudden Cardiact Arrest During Sports Activity in Middle Age, menekankan bahwa hanya 5 persen kasus serangan jantung terjadi pada orang dengan rentang usia 35 hingga 65 tahun saat mereka sedang berolahraga.
Ashraf Sinclair Foto: Munady Widjaja
Berkaca pada kasus Fixx, meski rutin berjalan bermil-mil setiap pekannya, aktivitas tersebut tak membuat Fixx terhindar dari risiko penyakit jantung yang kemudian menyumbat pembuluh darah dan menjadi penyebab kematiannya. Olahraga memang disebut dapat meningkatkan risiko serangan jantung, terutama pada mereka yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit jantung dan tidak mengontrol aktivitas mereka dengan benar.
ADVERTISEMENT
Namun yang perlu diluruskan di sini, masih ada banyak faktor lain yang bisa memicu serangan jantung, seperti riwayat keluarga, kelebihan berat badan, serta kebiasaan merokok. Pola makan juga menjadi salah satu hal yang sama sekali tak boleh disepelekan. Sebab serangan jantung rentan terjadi pada orang-orang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh tinggi meski ia disiplin dalam berolahraga. Pemicu berikutnya adalah tingkat stres yang ternyata juga berkontribusi pada penyakit jantung.
Di sisi lain, laporan Health Line juga telah menjelaskan bahwa olahraga bukanlah penyebab sebagian besar dari kasus serangan jantung. Sebaliknya, olahraga memiliki manfaat kesehatan yang jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan risiko serangan jantung yang ditimbulkan.
Meskipun kecil sekali kemungkinannya orang yang sehat bisa mengalami serangan jantung, apa yang menimpa Ashraf maupun Fixx mengingatkan kita kembali akan betapa pentingnya skrining kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit yang mungkin bersarang dalam tubuh kita. Selain itu, penting pula untuk selalu menyeimbangkan antara kebiasaan gaya hidup sehat dengan olahraga.
ADVERTISEMENT