Aturan Anti-Aborsi di AS Paksa Wanita Melahirkan Bayi Tanpa Tengkorak

9 Juni 2019 10:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aborsi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aborsi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Seorang dokter di Amerika Serikat yang tak diungkap identitasnya menulis sebuah esai berjudul “The Myth of Choice”. Esai tersebut adalah cerminan yang jelas tentang pengalaman seorang wanita hamil yang dipaksa melahirkan bayi tanpa tengkorak. Dikenal sebagai anencephaly, kondisi cacat lahir ini menyebabkan bayi terlahir tanpa tengkorak atau juga tanpa otak. Kondisi ini mempengaruhi 1.206 kehamilan per tahun di AS.
ADVERTISEMENT
Melihat kehamilan pasiennya, dokter itu harus menjelaskan kondisi tersebut kepada sang ibu yang penuh harapan. “Matanya memohon kepadamu, Akhiri,” kenang sang dokter. “Kamu berbicara dengan dokter kandungan, karena pada akhirnya bayi itu akan berakhir. Tapi tidak ada yang bisa melakukannya (aborsi). Tidak di negara ini, di rumah sakit ini. Lalu sang ibu pulang dengan kondisi yang masih hamil dan sedih.”
"Beberapa perawat membutuhkanmu untuk merawatnya, untuk menyelamatkan bayi ini dengan keajaiban pengobatan," lanjut si dokter dalam esai yang seolah ditujukan untuk dirinya sendiri. "Kamu mengingatkan mereka bahwa dia sangat prematur, bahwa dia tidak punya otak, bahwa dia tidak dapat bertahan hidup, dan ini bukan diagnosis yang ambigu."
Tanpa perawatan atau pengobatan standar, para staf rumah sakit yang terbiasa melakukan apa saja untuk menyelamatkan hidup seseorang, merasa tidak berdaya. Melihat mereka berduka, dokter itu kemudian teringat pada seorang wanita lain yang juga memiliki keinginan untuk melakukan aborsi akan tetapi "terhalang oleh kepentingan politik".
ADVERTISEMENT
"Kehormatan dalam kesedihan adalah hadiah. Kamu telah mengaktifkan harapan yang salah, karena pada akhirnya semua anak ini meninggal," tulis sang dokter.
Ilustrasi Aborsi Foto: Pixabay
Kisah menyayat hati ini diterbitkan di tengah gelombang Undang-Undang Anti-Aborsi di negara-negara bagian AS. Peraturan ini dianggap kurang memperhatikan banyak aspek pada sang ibu maupun bayinya Di Alabama, misalnya, aborsi sekarang hanya diperbolehkan jika diperlukan untuk kesehatan fisik ibu, sementara kesehatan mental ibu (yang misalnya merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga) dan kesehatan bayinya jarang dipertimbangkan.
Persoalan lainnya, saat ini 43 negara bagian di AS melarang aborsi terhadap kehamilan yang sudah memasuki usia late-term. Para pejabat politik yang menentang aborsi menggunakan frasa “aborsi late-term” untuk menggambarkan aborsi yang dilakukan setelah usia 21 minggu kehamilan. Alasan mereka, pada saat itu bayi dalam kandungan sudah dianggap memiliki detak jantung alias sudah bernyawa.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah buku tentang sejarah aborsi, sosiolog Ziad Munson menjelaskan bahwa, tidak ada yang alami tentang bagaimana kita memikirkan aborsi atau perannya dalam politik dan masyarakat. “Sebaliknya” ujar Munson, “Aborsi telah dibangun sebagai isu kontroversial karena beragam peristiwa sejarah, keputusan individu, organisasi dan gerakan sosial selama sejarah negara berlangsung, dan cara lingkungan sosial yang berubah seiring berjalannya waktu.”
Debat aborsi selalu menjadi kesenjangan budaya dan sosial, berdasarkan pada pendekatan yang berbeda terhadap pertanyaan kompleks tentang awal kehidupan. Tulisan "The Myth of Choice" mungkin telah menggerakkan pertentangan politik lebih jauh, namun hal ini memunculkan poin penting: Pada kesempatan tertentu, menyelamatkan kehidupan yang belum lahir adalah mustahil, dan aborsi mungkin merupakan keputusan yang paling berbelas kasih bagi semua orang yang terlibat.
ADVERTISEMENT
"Anda telah melihat bayi-bayi ini dipotong, ditusuk, dan dipukuli atas nama perawatan intensif," tulis dokter anonim itu. "Lakukan segalanya. Karena siapa yang tidak ingin menyelamatkan anaknya? Terkadang yang bisa kita kontrol hanyalah kesedihan kita."