Bahaya ‘Bom Waktu’ di Balik Penerapan PSBB Virus Corona

28 Mei 2020 6:30 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi WFH. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi WFH. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat ini, beberapa wilayah di Indonesia telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan angka penularan virus corona. Masyarakat diimbau tetap di dalam rumah dan menjalankan segala aktivitasnya, termasuk bekerja, sekolah, dan beribadah di rumah.
ADVERTISEMENT
Namun, tatkala semua orang berada di bawah penguncian untuk waktu yang cukup lama dengan aktivitas yang sangat terbatas, kekhawatiran baru muncul. Adalah bahaya ‘bom waktu’ yang mengancam di depan mata: Penyakit kronis meningkat akibat gaya hidup menetap selama pandemi COVID-19. Hal demikian telah banyak diungkap dalam berbagai riset ilmiah.
Boby Febri Krisdianto, Dosen Keperawatan di Universitas Andalas memaparkan, ada sejumlah risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan ketika seseorang terlalu lama berdiam diri di dalam rumah tanpa aktivitas fisik yang cukup.
“Selama masa PSBB, sebagian besar orang lebih banyak menghabiskan waktu dalam keadaan duduk atau rebahan, sambil bermain game, menonton televisi, gadget seluler, dan bekerja di depan komputer,” jelas Boby dalam The Conversation.
warga mengenakan rompi pelanggar PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Foto: ANTARA FOTO/Feny Selly
Hasil survei McKinsey keluaran 2 Mei 2020 juga menunjukkan, bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia lebih banyak menghabiskan waktu luangnya dengan menonton televisi, membaca berita online, dan menggunakan media sosial selama pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Kegiatan-kegiatan tersebut menghasilkan gaya hidup baru yang disebut sedentary atau ‘ogah gerak’. Gaya hidup sedentary inilah yang bisa meningkatkan risiko penyakit kronis. Dalam sebuah studi yang dilakukan University of Missouri pada 2015 menyebut, duduk selama enam jam atau lebih bisa merusak fungsi sirkulasi aliran darah dan meningkatkan nilai tes gula darah dua jam setelah makan, meningkatkan asam lemak, peradangan, dan stres oksidatif.
Dalam riset lain yang dilakukan Neville Owen dari University of Queensland menemukan, ada hubungan antara gaya hidup sedentary dengan penyakit metabolik seperti obesitas, hipertensi, diabetes tipe dua, kanker kolon dan kanker payudara.
Peningkatan glukosa dan lemak darah terjadi karena gaya hidup minim gerak sehingga ada penurunan jumlah dan intensitas kontraksi otot. Penurunan kinerja otot berimplikasi pada penurunan pengambilan gula dan lemak dari darah ke otot yang biasanya digunakan untuk pembakaran energi.
ADVERTISEMENT
“Akumulasi peningkatan glukosa dan asam lemak dalam darah inilah yang menyebabkan penurunan fungsi metabolisme tubuh dan pengaturan insulin yang pada akhirnya menyebabkan penyakit diabetes,” papar Boby.
Selain itu, pengurangan kontraksi otot juga dapat mengurangi kecepatan aliran darah yang mengalir di kapiler darah di kaki. Jika dibiarkan dengan waktu lama, maka akan menyebabkan kerusakan fungsi endotel. Endotel adalah sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan berfungsi mempertahankan tegangan otot pembuluh darah serta pengaturan cara pembentukan darah.
Pengurangan fungsi endotel telah dikaitkan dengan sejumlah gangguan kesehatan penyakit kronis, seperti aterosklerosis, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke. Sedangkan penyakit kardiovaskular masih menduduki penyebab kematian nomor satu di dunia.
Tetap sehat saat WFH dengan yoga bersama Airbnb Foto: Dok. Airbnb
Oleh karena itu, orang-orang disarankan untuk tetap melakukan latihan fisik dan menghindari gaya hidup malas gerak guna mengurangi risiko terkena penyakit kronis. Latihan bisa dilakukan dengan berfokus pada kombinasi penguatan otot, latihan kesemibangan, peregangan otot, dan rentang gerak.
ADVERTISEMENT
Latihan fisik setidaknya harus dilakukan setiap 30 menit sekali. Boby juga menyarankan agar masyarakat menjeda kegiatan melihat gadget atau komputer selama 20 menit sekali. Berjalan santai selama dua menit juga bisa menjadi solusi untuk menjaga fungsi sirkulasi darah dan mencegah penyakit metabolik.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.