Bahaya Olahraga di Tengah Polusi Udara Jabodetabek

18 November 2020 7:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Latar belakang gedung bertingkat yang tersamar polusi di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (28/7/2019). Foto: AFP/Bay Ismoyo
zoom-in-whitePerbesar
Latar belakang gedung bertingkat yang tersamar polusi di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (28/7/2019). Foto: AFP/Bay Ismoyo
ADVERTISEMENT
Sejak pandemi virus corona menyebar ke seluruh dunia, ada pola perubahan gaya hidup manusia di Ibu Kota. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Nafas (Nafas.co.id), platform pemantau kualitas udara, telah terjadi peningkatan aktivitas olahraga di Jabodetabek yang meliputi bersepeda, lari, futsal, dan kegiatan olahraga lainnya.
ADVERTISEMENT
Biasanya, warga di Jabodetabek melakukan aktivitas itu di waktu-waktu tertentu. Sebagian besar memilih berolahraga pada pukul 04.00 hingga 09.00 WIB. Lantas, amankah berolahraga di waktu-waktu tersebut?
Untuk memastikan hal itu, Nafas mencoba melakukan sebuah studi dengan mengukur tingkat kualitas udara di jam-jam tertentu saat orang berolahraga. Mereka mengumpulkan data dari 46 sensor kualitas udara yang dipasang di beberapa wilayah Jabodetabek.
Studi berlangsung selama satu bulan dari awal hingga akhir Agustus 2020. Sementara pemantauan kualitas udara dilakukan pukul 04.00 hingga 09.00 WIB. Polusi udara yang paling disoroti dalam penelitian ini adalah PM2,5 atau Particulate Matter (PM) 2,5 yang bisa membahayakan tubuh manusia.
PM2,5 adalah partikel halus di udara yang ukurannya 2,5 mikron atau lebih kecil dari itu. Ukurannya ini membuatnya 30 kali lebih kecil dibanding lebar rambut manusia. Menurut penjelasan Department of Health New York, AS, PM 2,5 bisa mengurangi jarak pandang dan terlihat agak berkabut ketika jumlahnya tinggi.
Warga bermain sepak bola di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Senayan, Jakarta, Minggu (13/9). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
Studi juga bertumpu pada penelitian yang dilakukan University of Cambridge, di mana olahraga dengan intensitas tinggi di lingkungan dengan level PM2,5 di atas 100 mikrogram/m3 dapat membatasi orang berolahraga 90 menit. Jika berolahraga di atas 90 menit dengan lingkungan seperti itu, maka bisa menyebabkan cedera pada tubuh.
ADVERTISEMENT
Sementara berolahraga dengan intensitas tinggi di lingkungan dengan level PM2,5 di atas 165 mikrogram/m3 dapat membatasi orang berolahraga 30 menit. Jika lebih dari itu maka akan berbahaya bagi tubuh. Adapun berjalan kaki di lingkungan dengan level PM2,5 di atas 200 mikrogram/m3 telah membatasi orang berjalan kaki selama 30 menit.

Hasil studi Nafas

Setelah melakukan pemantauan selama satu bulan, hasil studi menunjukkan bahwa kota dengan pengukuran PM2,5 rata-rata terendah antara pukul 04.00-09.00 pagi adalah Bogor dengan PM2,5 berkisar 60 hingga 100.
Wilayah dengan keseluruhan udara terbersih adalah Jakarta Pusat, karena hanya ada sembilan hari sepanjang Agustus 2020 dengan kadar PM2,5 lebih tinggi dari 100. Artinya bagi orang yang sedang berolahraga, kualitas udara di Jakarta Pusat paling sering mencukupi untuk berolahraga lebih dari 90 menit.
ADVERTISEMENT
Dua daerah yang paling memprihatinkan adalah Tangerang Selatan, daerah pemukiman padat yang memiliki pembacaan PM2,5 rata-rata di atas 100, dan Bekasi yang memiliki kualitas udara 5 hari tidak layak untuk berjalan di luar selama lebih dari 30 menit.
Seorang warga bersepeda menggunakan masker di Jakarta, Kamis (25/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Di beberapa wilayah Tangerang Selatan terdapat banyak lokasi yang memiliki tingkat PM2,5 melebihi 100. Ini menyoroti pentingnya untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk olahraga yang aman. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa setiap lokasi memiliki waktu kualitas udara 165 atau lebih, di mana latihan harus dikurangi menjadi 30 menit.
“Yang jelas, tingkat kualitas udara di Jabodetabek saat jam olahraga sangat bervariasi. Suatu hari kualitas udara bisa bagus, di hari lain bisa sangat tidak sehat. Ini menunjukkan betapa pentingnya memantau kualitas udara sebelum berolahraga dan memastikan bahwa kita tidak menghadapi risiko kesehatan apa pun dari udara yang tidak sehat,” kata Piotr Jakubowski, Co-founder & Chief Growth Officer Nafas.
ADVERTISEMENT

Kenapa olahraga di lingkungan dengan level PM2,5 tinggi berbahaya?

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah membuat pedoman untuk kualitas udara. Mereka menyebut bahwa ambang batas aman paparan PM 2,5 dalam durasi waktu 24 jam adalah 25 mikrogram/m3 dan rata-rata tahunan adalah 10 mikrogram/m3.
Perlu diketahui, rata-rata manusia mengambil 15 napas per menit, menghirup lebih dari 17.000 liter udara selama sehari. Itu kira-kira setara dengan udara yang dimuat dalam 2 box truk engkel.
Begitu kita berolahraga, laju pernapasan kita meningkat cukup signifikan, di mana laju pernapasan meningkat hingga 40-60 napas atau 100 liter per menit. Artinya hanya dalam 2 jam latihan yang intens, kita bisa menghirup 12.000 liter atau udara sebanyak muat ke dalam 1,5 truk boks engkel.
Ilustrasi olahraga sambil menggunakan masker. Foto: Shutterstock
Alasan kita menghirup lebih banyak volume selama latihan adalah karena otot kita membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi, dan peningkatan pernapasan mengirimkan lebih banyak oksigen ke darah kita. Jelas ini bisa meningkatkan asupan jenis aerosol lain, termasuk PM2,5.
ADVERTISEMENT
PM2,5 telah dikaitkan dengan banyak penyakit jangka pendek dan jangka panjang, termasuk batuk terus-menerus, asma, penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, alzheimer dan banyak lainnya.
Dampak polusi udara di Jakarta terhadap kesehatan sangat besar. Data yang tersedia dari tahun 2010 terdapat 5,5 juta kasus penyakit terkait polusi udara yang mengakibatkan biaya pengobatan langsung sebesar Rp 60,8 Triliun. The Air Quality Life Index, sebuah studi yang dirancang oleh University of Chicago, memperkirakan bahwa penduduk di Jakarta dapat kehilangan usia harapan hidup 4,8 tahun karena tingkat polusi di kota.
Menurut data yang dikumpulkan dari 2017 hingga 2019 oleh Kedutaan Besar AS di stasiun pemantauan kualitas udara mereka di Jakarta Selatan, jumlah hari "sehat" menurun sebesar 78 persen, dan jumlah hari Tidak Sehat meningkat lebih dari 14 kali.
ADVERTISEMENT
Alih-alih bermanfaat, berolahraga di lingkungan dengan PM2,5 tinggi justru bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Apalagi jika tidak dikontrol atau berolahraga dengan intensitas melebihi batas waktu yang ditentukan.