Bahaya Simpan 'Pelakor' di Masa Pandemi Virus Corona

17 Oktober 2020 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bahaya punya 'pelakor', Penyakit Lanjut Usia dan Komorbid. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Bahaya punya 'pelakor', Penyakit Lanjut Usia dan Komorbid. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kamu pasti tertarik dengan judul artikel ini yang menggunakan kata 'pelakor'. Jangan pikir aneh dulu. Ini bukan pelakor, "Perebut laki orang", namun akronim dari "Penyakit Lanjut Usia dan Komorbid" yang memang sangat rentan di kondisi masa pandemi virus corona saat ini.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang masuk dalam kaum lanjut usia (lansia) dan memiliki penyakit penyerta (komorbid) masuk ke dalam golongan paling rentan terpapar COVID-19. Komorbid sendiri merupakan suatu keadaan di mana seseorang telah memiliki penyakit yang sudah diderita sebelumnya dan bersifat kronik. Seseorang yang telah lanjut usia tidak sedikit yang mengidap komorbid.
Beberapa penyakit komorbid yang dapat memperparah pasien COVID-19 antara lain diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, penyakit saluran pernapasan kronis, kanker, serangan jantung atau stroke, ginjal, penyakit terkait geriatri, penyakit terkait autoimun, dan penyakit kronis lainnya.
Seorang pasien lansia terinfeksi COVID-19, di Moskow, Rusia. Foto: Alexander Zemlianichenko/AP Photo
Menurut data Satgas Penanganan COVID-19, angka kematian lansia dan komorbid terhadap penyakit COVID-19 bisa mencapai 80 sampai 85 persen. Ketua Satgas Penanganan COVID-19, Letjen TNI Doni Monardo mengamini kaum lansia dan komorbid masuk dalam kelompok berisiko tinggi. Doni menjelaskan mereka yang memiliki gejala ringan memang bisa 100 persen sembuh, tetapi lain hal dengan gejala berat.
ADVERTISEMENT
"Angka kematian pada pasien berisiko ringan 2,5 persen, risiko sedang 8 persen, dan risiko berat dan kritis mencapai 67 persen," jelasnya dikutip situs web Satgas Penanganan COVID-19.
Menurut Pusat Analisis Determinan Kesehatan (PADK) Kementerian Kesehatan, virus corona diketahui lebih sering menyebabkan infeksi berat dan kematian pada lansia dibandingkan orang dewasa dan anak-anak. Kelompok lansia sering dikaitkan dengan kelompok rentan, karena fungsi fisiologisnya berangsur-angsur akan berkurang termasuk sistem imum tubuh.
Pemulihan pasien positif corona di RS Vall d'Hebron, Barcelona. Foto: NACHO DOCE/REUTERS
Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD, K.Ger mengatakan gejala umum yang biasa dialami pasien positif COVID-19, bisa sama sekali tidak muncul pada lansia dan komorbid yang terkonfirmasi positif.
ADVERTISEMENT
dr. Soejono menyebutkan gejala batuk-batuk, sesak nafas, atau hilangnya indera penciuman dan perasa yang umumnya dialami pasien positif COVID-19 sama sekali tidak muncul pada lansia dan komorbid.
Gejala khas yang muncul pada pasien positif lansia dan komorbid, menurut dr. Soejono adalah nafsu makan hilang tiba-tiba, terjadi perubahan perilaku yang tidak biasa, dan kesadarannya hilang. Lansia yang memiliki komorbid bisa memperparah pasien.
"Lansia dan komorbid ini perlu perhatian khusus, lebih ketat monitoringnya karena gejalanya khas sekali," jelasnya dalam talkshow "Mengapa Lansia dan Komorbid Rentan Terinfeksi COVID-19" di Media Center Satgas Covid-19 Graha BNPB Jakarta pada Rabu (14/10).

Cegah COVID-19 bagi lansia dan komorbid

Kaum lansia dan komorbid memang harus extra waspada dalam kondisi pandemi COVID-19 ini. Kepala Staf Medik Fungsional Pulmonologi Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta, dr. Adria Rusli, Sp.P (K) mengatakan perhatian keluarga sangat penting bagi lansia dan komorbid untuk menghindari paparan virus corona.
ADVERTISEMENT
Dukungan keluarga terutama dalam menerapkan protokol kesehatan merupakan hal penting, menurut dr. Adria. Selain itu lingkungan yang bersih, makanan sehat, dan istirahat cukup harus diterapkan bagi lansia dan komorbid.
Pasien yang terinfeksi virus corona mengikuti senam pagi di balkon Rumah Singgah Karantina, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (28/5). Foto: REUTERS/WIlly Kurniawan
Kemudian, sering memantau kondisi tubuh dengan kontrol secara rutin ke dokter. Lalu, mengendalikan komorbid dengan baik untuk mencegah munculnya komplikasi.
"Kalau sudah kena berat sekali dan tinggi angka kematiannya," imbaunya.
dr. Adria mencontohkan jika lansia tinggal bersama cucu dan pengasuhnya maka harus diperhatikan protokol kesehatannya. Hal sama juga perlu diawasi terhadap pengantar makanan jika memesan dari luar.
"Ini juga berlaku untuk yang mengantar makanan, misalnya asisten rumah tangga atau supir pribadi, perlu dipastikan protokol kesehatannya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa diterapkan pada lansia dan komorbid: