Baju Pelindung Antivirus Bisa Tingkatkan Risiko Infeksi Virus Corona

10 Februari 2020 15:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis memeriksa pasien yang diduga terkena virus corona di tempat karantina di Wuhan, China. Foto: STR / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis memeriksa pasien yang diduga terkena virus corona di tempat karantina di Wuhan, China. Foto: STR / AFP
ADVERTISEMENT
Pakaian pelindung antivirus yang kerap digunakan petugas kesehatan untuk mengevakuasi atau merawat pasien virus corona ternyata bisa jadi berbahaya ketika dipakai secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Ya, sejak novel coronavirus atau 2019-nCoV mewabah di Wuhan, China, dan menyebar ke beberapa kota hingga ke 26 negara, pemandangan orang-orang yang mengenakan baju menyerupai “astronaut” kerap menghiasi berbagai media sosial dan lini masa pemberitaan. Mereka adalah para petugas kesehatan yang sedang mengevakuasi dan merawat para pasien yang terjangkit virus corona.
Namun, di balik kegunaannya untuk melindungi petugas kesehatan dari paparan virus corona, baju pelindung antivirus juga bisa menjadi ancaman, dengan syarat dipakai secara berlebihan dan tidak teratur.
Seperti dijelaskan dalam Journal National Centre for Biotechnology Information (NCBI), setelah dokter merawat pasien menggunakan baju pelindung antivirus, maka virus yang menempel di permukaan baju berisiko mengenai bagian tubuh. Ini terjadi dalam proses melepaskan baju pelindung dari tubuh, terlebih ketika baju digunakan secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Otoritas China telah memperingatkan hal ini. Mereka menyebut bahwa penggunaan baju pelindung yang berlebihan dapat meningkatkan infeksi, mengancam nyawa perawat, dan dokter di tengah sumber daya yang sangat terbatas dengan terus bertambahnya kasus virus corona.
Dilaporkan Reuters, Komisi Kesehatan Nasional China mengimbau agar para dokter dan perawat menggunakan baju pelindung sewajarnya, meski pada kenyataannya mereka dilanda kekurangan sumber daya dan peralatan medis yang sangat parah, seperti baju pelindung, kacamata, dan masker.
Petugas bersiap menyambut WNI dari Wuhan di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (2/2). Foto: Dok. Kemlu
Pernyataan itu muncul tak lama setelah jumlah kematian akibat virus corona novel melebihi jumlah kematian akibat SARS yang terjadi pada 2002-2003. Berdasarkan catatan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS, kala itu SARS membunuh sekitar 774 orang, dan menginfeksi 8.098 orang di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan novel coronavirus, per senin (10/2), angka kematiannya telah mencapai 908 orang, dan menginfeksi 40 ribu orang di China. Hampir seluruh kematian dilaporkan terjadi di Provinsi Hubei, China, lokasi yang menjadi pusat wabah virus corona.
Salah satu kematian yang paling menyita perhatian adalah kasus kematian yang menimpa seorang dokter berusia 33 tahun bernama Li Wenlian. Ia dibungkam oleh pemerintah China saat menyebarkan informasi tentang bahaya virus corona jenis baru sebelum wabah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kini, ilmuwan masih terus mengupayakan vaksin dan obat yang ampuh untuk mengatasi virus corona novel.