Batu Permata di Fosil Gigi Ungkap Peran Perempuan di Abad Kegelapan

11 Januari 2019 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fosil gigi wanita dari abad pertengahan (Foto: Christina Warinner)
zoom-in-whitePerbesar
Fosil gigi wanita dari abad pertengahan (Foto: Christina Warinner)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serpihan batu permata lapis lazuli ditemukan di sebuah fosil gigi milik perempuan dari Abad Pertengahan. Penemuan serpihan ini ternyata ikut mengungkapkan rahasia dari kehidupan perempuan di Abad Pertengahan yang sebelumnya tidak pernah dibahas, yaitu bahwa perempuan juga ikut berperan dalam pembuatan buku keagamaan di Abad Pertengahan yang juga kerap disebut sebagai Abad Kegelapan.
ADVERTISEMENT
Serpihan batu permata itu ditemukan pada fosil gigi seorang perempuan setengah baya yang dikuburkan di sebuah biara di Jerman, sekitar tahun 1000 hingga 1200 Masehi.
Lapis Lazuli adalah batu permata langka dan mahal yang berasal dari Afghanistan. Di Eropa, lapis lazuli juga digunakan sebagai pigmen untuk menghasilkan warna biru ultramarine dengan cara digerus dan dipurifikasi. Pigmen tersebut biasanya digunakan untuk mewarnai ilustrasi di buku-buku yang dianggap berharga.
"Berdasarkan distribusi pigmen di mulutnya, kami menyimpulkan bahwa kemungkinan paling besar adalah ia sedang melukis dengan pigmen dan menjilati ujung kuas saat melukis," jelas Monica Tromp, salah satu penulis dalam riset yang hasilnya telah dipublikasikan di jurnal Science Advances ini, dikutip dari Science Alert. Monica adalah ahli mikrobioarkeologi di Institut Max Planck.
Analisis pigmen batu permata di fosil gigi  (Foto: Monica Tromp)
zoom-in-whitePerbesar
Analisis pigmen batu permata di fosil gigi (Foto: Monica Tromp)
Untuk menggunakan lapis lazuli, hanya pelukis terpercaya saja yang berhak menggunakan bahan mahal ini. Dan selama ini, peneliti menganggap hanya laki-laki yang terlibat dalam produksi buku-buku. Juru tulis dan ilustrator buku juga jarang menandatangani buku yang mereka buat sebelum abad ke-15, sehingga sulit untuk mengetahui identitas pembuat buku.
ADVERTISEMENT
Anggapan hanya laki-laki yang memproduksi buku pun dipertanyakan kembali. Penemuan ini menunjukkan bahwa perempuan yang hidup di biara bukan hanya bisa baca tulis, tapi juga terlibat dalam proses produksi buku.
“Dari sini kita mendapat bukti bahwa perempuan bukan hanya melukis, namun melukis dengan menggunakan pigmen yang mahal dan langka, dan di tempat yang tidak diduga,” kata penulis senior Christina Warinner.
Analisis pigmen batu permata di fosil gigi  (Foto: Christina Warinner)
zoom-in-whitePerbesar
Analisis pigmen batu permata di fosil gigi (Foto: Christina Warinner)
Bukti-bukti mengenai keterlibatan perempuan dalam produksi buku di Jerman dan Austria pun bertambah. Sebagian sejarawan meyakini perempuan sudah menjadi juru tulis dan ilustrator sejak akhir abad ke-8.
Sekelompok biarawati di sebuah biara di Salzburg, Austria, dipercaya telah menyalin lebih dari 200 buku yang berasal dari abad ke-12. Dan seorang juru tulis perempuan dari Bavaria dipercaya telah memproduksi 40 buku.
ADVERTISEMENT
Peran perempuan dalam memproduksi buku tidak dikenali karena buku-buku tersebut tidak diberi tanda pengenal. Penemuan semacam ini diharapkan bisa mengubah sejarah perempuan dan buku.
“Kisah wanita ini bisa hilang selamanya bila teknik penelitian ini tidak ditemukan,” kata Warinner.