Begini Kondisi Paru-paru Pasien Corona yang Meninggal

5 November 2020 8:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rontgen paru-paru pasien COVID-19 di United Memorial Medical Center di Houston, Texas, AS, 10 Juli 2020. Foto: Callaghan O'Hare/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Rontgen paru-paru pasien COVID-19 di United Memorial Medical Center di Houston, Texas, AS, 10 Juli 2020. Foto: Callaghan O'Hare/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sebuah studi mengungkap kondisi paru-paru pasien yang meninggal akibat infeksi virus corona. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien yang mengidap COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona, mengalami kerusakan paru-paru secara terus menerus.
ADVERTISEMENT
Hal itu disebut dengan sindrom ‘long Covid’, atau infeksi corona yang terjadi dalam jangka panjang. Inilah yang membuat pasien COVID-19 menderita pada banyak kasus, hingga akhirnya menyebabkan kematian.
Ilmuwan yang melakukan penelitian juga menemukan adanya karakteristik unik SARS-CoV-2, nama resmi virus corona yang saat ini mewabah. Virus itu menyebabkan matinya sel-sel di paru-paru.
“Temuan ini menunjukkan bahwa COVOD-19 bukan hanya penyakit yang disebabkan oleh kematian sel yang terinfeksi virus, tetapi kemungkinan konsekuensi dari sel-sel abnormal yang bertahan dalam waktu lama di dalam paru-paru,” kata profesor King's College London, Mauro Giacca, seperti dikutip Reuters.
Ilustrasi paru-paru Foto: bykst
Peneliti menganalisis sampel jaringan dari paru-paru, jantung, hati, dan ginjal dari 41 pasien yang meninggal karena COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Trieste, Italia, antara Februari hingga April 2020. Hasilnya, tidak ada serangan atau  tanda-tanda infeksi virus atau peradangan berkepanjangan pada organ lain.
ADVERTISEMENT
Namun, mereka menemukan kerusakan yang sangat parah pada arsitektur paru-paru. Selan itu, hampir seluruh arsitektur paru-paru digantikan oleh bekas luka jaringan.
“Dapat dibayangkan bahwa salah satu alasan mengapa ada kasus long COVID-19 yang berkepanjangan adalah karena kerusakan besar-besaran paru-paru (jaringan). Bahkan jika seseorang pulih dari COVID-19, kerusakan yang ditimbulkan bisa sangat besar," jelasnya.
Bukti yang muncul dari seluruh dunia menunjukkan bahwa ada sebagian kecil orang yang menderita COVID-19 dan bisa benar-benar pulih dari infeksi awal namun mengalami berbagai gejala termasuk kelelahan, kabut otak, dan sesak napas. Itulah yang disebut long Covid.
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
Giacca mengatakan, hampir 90 persen dari 41 pasien dalam penelitian utu memiliki beberapa karakteristik unik untuk COVID-19 dibandingkan dengan bentuk pneumonia lainnya. Salah satunya adalah pasien mengalami pembekuan darah yang ekstensif di arteri dan vena paru-paru.
ADVERTISEMENT
Adapun pasien lainnya mengalami karakteristik beberapa sel paru-paru berukuran besar secara tidak normal dan memiliki banyak inti. Hal itu menyebabkan hasil fusi sel yang berbeda menjadi sel-sel besar tunggal dalam proses yang dikenal sebagai sinkitia.
Riset yang diterbitkan di jurnal Lancet eBioMedicine itu juga menemukan si virus masih ada di banyak jenis sel.
“Kehadiran sel yang terinfeksi ini dapat menyebabkan perubahan struktural utama yang diamati di paru-paru, yang dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan dan akhirnya dapat menjelaskan 'long COVID-19',” tutur Giacca.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.