Benarkah Anjing Lebih Sering Gigit Orang yang Sedang Stres?

3 Februari 2018 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anjing marah. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anjing marah. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology and Community Health pada 1 Februari 2018 menyatakan, orang-orang yang sedang stres akan menjadi sasaran gigitan anjing tiga kali lipat lebih sering daripada orang-orang yang tidak stres.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data laporan kasus gigitan anjing terhadap manusia yang ada di rumah sakit.
“Satu-satunya data resmi yang bisa dikumpulkan mengenai gigitan anjing di Inggris hanya dari data pendaftaran rumah sakit. Mereka bahkan tidak ke UGD untuk dirawat,” kata Carri Westgarth, peneliti di Jurusan Epidemiology and Population Health, University of Liverpool, yang memimpin studi ini, dilansir Live Science.
“Kami tidak tahu berapa banyak kasus orang yang digigit anjing sebenarnya dan berapa banyak yang membutuhkan penanganan medis.”
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, Westgarth dan para koleganya kemudian mensurvei lebih dari 700 orang dari 385 keluarga di sebuah kota kecil di Cheshire, yang terletak di barat daya Inggris.
Anjing German Shepherd (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anjing German Shepherd (Foto: pixabay)
Mahasiswa kedokteran hewan mensurvei dari pintu ke pintu dan melakukan wawancara singkat dengan penduduk Cheshire mengenai anjing. Setelah itu, mereka memberikan angket untuk orang-orang yang mau mengisinya.
ADVERTISEMENT
Angket tersebut berisi pertanyaan mengenai apakah mereka pernah digigit oleh anjing setidaknya sekali, lalu umur mereka ketika kejadian itu, hubungan mereka dengan anjing tersebut, dan apakah mereka ke dokter setelah itu.
Peserta yang dewasa melakukan tes kepribadian untuk mengetahui kepribadian mereka berdasarkan Big Five kepribadian (ekstrover, kefokusan, keterbukaan, altruisme, pengendalian emosi).
Setelah survei dilakukan, ternyata ada perbedaan data antara yang dilaporkan rumah sakit dan hasil survei. Apabila rumah sakit melaporkan ada 740 kasus per 100 ribu orang, hasil survei mengatakan ada 1.873 kasus per 100 ribu orang.
Anjing pelacak dalam apel pagi di Monas, Jakarta (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anjing pelacak dalam apel pagi di Monas, Jakarta (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Beberapa fakta menarik ditemukan oleh para peneliti selama melakukan studi ini. Pertama, laki-laki digigit dua kali lipat lebih sering daripada perempuan. Sebanyak 44 persen peserta digigit sebelum umur 16 tahun, sementara 55 persen orang yang pernah digigit anjing tidak pernah kenal dengan anjing tersebut.
ADVERTISEMENT
“Sebelumnya peneliti lain mengatakan manusia lebih sering digigit anjing yang ia kenal. Penelitian ini bisa membantah hal tersebut,” kata Westgarth.
Yang lebih mengejutkan adalah adanya hubungan antara keadaan emosional seseorang dengan seberapa sering mereka digigit anjing. Seseorang yang lebih tidak stabil secara emosional ternyata lebih sering digigit anjing.
Penelitian lebih lanjut sebenarnya masih dibutuhkan untuk melihat alasan mengapa anjing lebih senang menggigit orang yang secara emosional lebih tidak stabil.
“Sayangnya, saya sendiri pernah digigit setidaknya lima kali. Seingat saya begitu,” kata Westgarth. “Kebanyakan ketika bekerja sebagai penyelamat anjing.”
Selain itu, wajah Westgarth juga pernah digigit anjing saat ia masih balita. “Dan saya masih punya bekas luka gigitan itu di dahi saya untuk membuktikannya,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT