Benarkah Banyak Tidur Bisa Bantu Cegah Infeksi Corona?

16 November 2020 22:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Perempuan Tidur Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perempuan Tidur Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pada tahun 350 sebelum masehi, Aristoteles pernah menulis dalam publikasi berjudul On Sleep and Sleeplessness, yang kesimpulannya adalah tidur bisa memperbaiki dan meningkatkan imun tubuh. Temuan ini secara tidak langsung bisa bermanfaat bagi umat manusia di masa pandemi seperti ini.
ADVERTISEMENT
Aristoteles menjelaskan, pencernaan di perut menghasilkan uap panas yang menyebabkan tidur, dan orang demam mengalami hal serupa, yang mendorong mereka untuk tidur karena dipercaya membantu proses penyembuhan.
Gagasan tentang uap air tersebut ternyata tidak diterima dengan baik. Namun, bukti bahwa tidur adalah cara yang ampuh untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap flu, influenza, dan infeksi saluran pernapasan, dipercaya secara ilmiah selama bertahun-tahun.
Hal ini menujukkan bahwa tidur menjadi salah satu ‘alat’ yang ampuh untuk melawan pandemi. Tidur juga mengurangi kemungkinan seseorang mengalami tingkat keparahan infeksi.
National Geographics melaporkan, tidur pada akhirnya dapat meningkatkan keefektifan vaksin COVID-19 jika nanti telah tersedia.
“Kami punya banyak bukti bahwa jika kamu punya jam tidur yang cukup, kamu pasti bisa membantu mencegah atau melawan segala jenis infeksi,” kata Monika Haack, psikoneuroimunologi dari Harvard Medical School di Boston, Massachusetts, AS, dikutip National Geographic.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Monika menambahkan bahwa belum diketahui soal kualitas dan berapa lama waktu tidur yang dibutuhkan untuk mencegah infeksi dan mengurangi gejala infeksi virus.
Ilustrasi tidur nyenyak. Foto: Dok. Shutterstock
Sampai vaksin corona tersedia nanti, kunci untuk menghindari COVID-19 adalah mengurangi risiko infeksi sebisa mungkin. Seiring data baru mengenai tidur dan virus ini, para ilmuwan berharap bisa memberikan pedoman yang lebih jelas tentang bagaimana menggunakan tidur sebagai senjata untuk mencegah infeksi.

Bukan cuma untuk manusia

Manusia bukan satu-satunya yang mendapatkan manfaat dari tidur. Penelitian dari akhir tahun 1800-an menunjukkan bahwa ketika anjing dan tikus benar-benar kurang tidur, hewan-hewan tersebut bisa mati dalam beberapa minggu. 
Bagi manusia, kurang tidur yang parah bisa memiliki konsekuensi jangka panjang, seperti risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, demensia, dan depresi. Beberapa kondisi kronis tersebut merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap COVID-19.
ADVERTISEMENT
Letnan Kolonel Vincent Capaldi, kepala Departemen Biologi Perilaku di Pusat Penelitian Psikiatri Militer dan Ilmu Saraf di Institut Penelitian Walter Reed Army di Silver Spring, Maryland, mengatakan bahwa ketika lelah, orang juga cenderung melakukan hal yang memiliki banyak risiko. 
Kurang tidur sangat umum terjadi di kalangan tentara. Walter Reed mengerahkan seluruh pusat penelitian untuk memahami bagaimana tetap terjaga terlalu lama memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir.
Bagi masyarakat umum, kurang tidur bisa berakibat melakukan hal-hal ceroboh atau teledor.

Tidur bisa melawan penyakit setelah terinfeksi

Bukti lain yang berkembang menujukkan bahwa kurang tidur merusak kemampuan seseorang untuk melawan penyakit setelah mereka terinfeksi. Dalam sejumlah penelitian, orang dengan gangguan tidur, kurang dari lima atau enam jam menutup mata per malam, dan orang dengan tingkat efisiensi tidur yang rendah, melaporkan tingkat yang lebih tinggi terkena penyakit pernapasan, pilek, dan penyakit terkait.
Ilustrasi imun tubuh. Foto: Pixabay
Penderita diabetes yang lebih berisiko mengalami insomnia, atau mereka yang mengalami sleep apnea alias gangguan tidur,  tentu mengalami kualitas tidur yang buruk, yang menyebabkan malam lebih lama dengan kurang tidur secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Beberapa penelitian telah melacak kaitan langsung dari tidur ke penyakit, bukan sekadar melihat apakah tidur berkaitan dengan infeksi. Sementara waktu tidur yang lebih lama mungkin tidak menyebabkan orang jadi sakit.
Para peneliti di Universitas California, San Francisco, dan Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh, pada tahun 2015 merekrut 164 orang dewasa sehat untuk memakai perangkat pelacak aktivitas semacam Fitbit, untuk melacak kebiasaan tidur mereka selama seminggu. Kemudian, peneliti menyemprotkan tetesan rhinovirus (virus flu biasa) ke hidung mereka sebelum karantina mereka di hotel selama lima hari. Virus jenis itu sama-sama bisa menyerang tubuh orang dan bereplikasi, terlepas dari berapa lama mereka tidur.
Mereka yang tidur kurang dari enam jam, 4,5 kali lebih mungkin mengembangkan gejala flu, dibandingkan dengan orang yang tidur lebih dari tujuh jam semalam.
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Shutterstock

Vaksin, tidur, dan kekebalan tubuh

Sejauh ini, penelitian membuktikan bahwa tidur memberikan dorongan nyata pada sistem kekebalan. Hal ini terutama berlaku untuk antibodi, protein tahan lama yang dibuat oleh tubuh sebagai respons tubuh untuk melawan bakteri, virus, hingga patogen (dan vaksin).
ADVERTISEMENT
Dalam salah satu penelitian di tahun 2002, satu kelompok orang tidur sekitar delapan jam selama empat malam sebelum dan sesudah disuntik flu, mengalami peningkatan antibodi hingga dua kali lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan jam tidur 4 jam semalam. 
Kurang tidur juga dapat mengurangi respons antibodi terhadap vaksin flu babi hepatitis A, hepatitis B, dan H1N1. Dalam beberapa studi, cukup satu malam hal itu bisa terjadi.
Di Walter Reed, para ilmuwan juga sedang mengembangkan vaksin COVID-19. Ketika uji klinis fase satu dimulai musim dingin ini, Capaldi mengatakan, mereka berencana untuk membuat satu kelompok peserta tidur hingga 10 jam selama beberapa malam sebelum mendapatkan vaksin.
Jika tidur menghasilkan respons vaksin yang lebih baik dibandingkan orang dengan kurang tidur yang kronis, penelitian di masa mendatang dapat melihat apakah tidur lebih banyak dengan bantuan obat-obatan dapat memberikan manfaat yang sama atau tidak.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini: